Kali ini NASA punya misi yang istimewa, jika biasanya melakukan eksplorasi angkasa luar adalah tujuan misinya maka kali ini gunung api pun sama menariknya, ada banyak misteri ilmu pengetahuan yang masih memerlukan penjelasan ilmiah. NASA menggunakan sistem detektor kebocoran pesawat ulang-alik untuk melakukan misi perjalanan ke Gunung Api, mendeteksi letusan gunung.
Tim Griffin dan Richar Arkin, NASA, berhasil memodifikasi dengan meminiaturkan sistem detektor kebocoran yang biasanya digunakan pada pesawat ulang-alik untuk mempelajari gunung api. Dua ahli NASA bekerja sama dengan pejabat berwenang Kosta Rika telah mengoperasikan detektor yang dapat bergerak untuk mengenali berbagai gas yang disemburkan gunung-gunung api dan berapa banyak volume gas yang dihasilkannya. Dengan informasi yang memadai diharapkan detektor-detektor tersebut dapat memprediksi letusan gunung api pada waktu yang tepat sehinga dapat dilakukan evakuasi penyelamatan penduduk ke area yang aman.
Detektor ini akan mengukur udara di sekitar gunung api, dan sejak tahun 2005 tim ini telah mengukur kandungan gas di puncak gunung api dan mengoperasikannya dengan menggunakan pesawat. Detektor ini pun dapat mengidentifikasi gas-gas berbahaya yang disemburkan dari puncak gunung api, dan jika ini yang terjadi mereka hanya memiliki waktu yang singkat untuk menyiapkan sistem peringatan dini letusan gunung api dan memberi waktu beberapa hari bagi penduduk di sekitar gunung untuk melakukan evakuasi.
"Ada banyak macam tipe letusan gunung api, ada tipe letusan yang menyemburkan gas ada yang sama sekali tidak", jelas Griffin sebagaimana dikutip Plaza eGov dari nasa.gov (24/3/2010)."Ide jangka panjangnya dengan sistem ini kita dapat mengkarakteristik semua gunung api yang ada, jika gunung api tersebut lebih aktif kita memiliki ide apa yang terjadi dengan gunung api tersebut, seberapa aktifnya gunung api tersebut dan dapat memperkirakan akankah terjadi letusan yang dahsyat atau hanya menyemburkan gas-gas saja?"
Griffin yang menjabat sebagai Ketua Pusat Peluncuran Kennedy NASA yang membidangi Analisa Kimia dan memimiliki gelar Ph.D. kimia, sebelumnya tak pernah mempelajari gunung api. Dia dan timnya berhasil memperkecil sistem deteksi kebocoran pada wahana luncur yang ukurannya sebesar 3 lemari es menjadi berukuran yang dapat dibawa dengan tangan, dan dibawa dengan mobil atai di dalam pesawat luar angkasa.
"Proyek ini dimulai sebagai cara untuk mengatasi keterbatasan yang ada dalam sistem ulan-alik," ujar Richard Arkin, Co-desaigner detektor ASRC Aerospace."Kami ingin membuat sistem detektor kebocoran yang lebih kecil, lebih kuat dan ringan namun tetap tangguh dalam kemampuan operasional dan pemeliharaan.
Kini setelah diperkecil alat ini hanya lebih besar dari tas punggung atau backpack dan memang tujuan proyek ini menjadikan alat ini dapat dibawa dengan backpack.
Uji coba di kosta Rika menunjukan hasil yang positif apalagi banyak penduduk yang tinggal dekat dengan 4 gunung api aktif. Penduduk tak hanya khawatir dengan letusan gunung api yang dapat terjadi sewaktu-waktu tetapi juga sangat khawatir dengan konsentrasi gas karbon dioksida yang dikeluarkan oleh gunung api. Gas tersebut dapat mematikan semua tanaman dan ternak yang menghirup gas tersebut,dan bagi manusia juga sangat berbahaya sebab gas ini tak terlihat oleh mata.
Uji coba di kosta Rika menunjukan hasil yang positif apalagi banyak penduduk yang tinggal dekat dengan 4 gunung api aktif. Penduduk tak hanya khawatir dengan letusan gunung api yang dapat terjadi sewaktu-waktu tetapi juga sangat khawatir dengan konsentrasi gas karbon dioksida yang dikeluarkan oleh gunung api. Gas tersebut dapat mematikan semua tanaman dan ternak yang menghirup gas tersebut,dan bagi manusia juga sangat berbahaya sebab gas ini tak terlihat oleh mata.
Sistem detetktor akan memperlihatkan kepada masyarakat keberadaan kantong-kantong gas dan bagaimana kantong-kantong gas berubah. Tim menerbangkan detektor dengan tiga jenis pesawat yang memodelkan terjadinya letusan gas dalam 3 dimensi, untuk menciptakan tingkat akurasi yang mengesankan, ungkap Arkin.
Tim NASA juga menempatkan alat detektor di kursi belakang mobil dan mengendarai mobil ke seluruh penjuru kota-kota Kosta Rika untuk mengambil contoh udara dan membawa alat tersebut dengan tangan ke puncak gunung api. Kelak alat ini diharapkan dapat diletakan didalam pesawat terbang tanpa awak sehingga dapat mendeteksi langsung di titik puncak semburan letusan tanpa membahayakan pilot.
Sekalipun hasil efektif temuan ini baru dapat dinikmati dalam waktu beberapa tahun kedepan, Griffin berujar dia dapat membayangkan akan ada sejumlah detektor di seluruh dunia yang akan memindai gunung-gunung api yang diduga akan meletus. Informasi dini akan membuat tugas pihak berwenang lebih yakin dalam membuat keputusan melakukan sebelum semuanya terlambat.
(Nasa.gov | Martin Simamora)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar