Editor : Martin Simamora, S.IP |Martin Simamora Press

Rabu, 08 November 2017

Eric Schmidt on AI: ‘Trust me, these Chinese people are good’


The billionaire believes that the US government needs to do more to maintain its lead in artificial intelligence. China released an AI strategy in July, which revealed that it plans to become a world leader in the field by 2030.
Eric Schmidt, the executive chairman of Google parent company Alphabet, has warned that China is poised to overtake the US in the field of artificial intelligence (AI) if the US government doesn’t act soon.

Speaking at the Artificial Intelligence and Global Security Summit on Wednesday, the former Google CEO said: “Trust me, these Chinese people are good.”

He added: “They are going to use this technology for both commercial as well as military objectives with all sorts of implications.”

China published its AI strategy in July and said that it wanted to be the world leader in AI by 2030.

New technologies, new content opportunities

Across the globe, news organizations are investing in new methods for producing and delivering content. What are the motivations behind these investments and what benefits do they bring?
 
Let's explore how publishers have been experimenting with new ways of storytelling...

Most Asia-Pacific regions are smartphone-first. Should you be?

Reuters Institute research, which looked at seven Asia-Pacific markets, confirms that Hong Kong, Singapore, South Korea, Taiwan, and Malaysia are all mobile-first markets.
In three of these markets mobile-use has reached or is approaching 60%. This widespread use of smartphones has been facilitated by higher penetration rates of smartphone making and mobile broadband in the region.

These figures are much higher than in some developed markets in North America and Western Europe, but indicate future rises in mobile use.  

Publishers are already adapting to this new revenue stream with investment and experimentation in mobile alerts and notifications to reach news audiences.

Worry about the spies, not thieves, who may have breached Equifax


The Equifax breach stole names, addresses, birth dates, and credit card numbers for over 200,000 consumers. One might immediately assume that cyber criminals made the attack in order to sell the information to identity thieves who will run up fraudulent charges, file fake tax returns, defraud mortgages and loans, purchase goods with stolen credit cards or steal a subscription to HBO in time for next season’s Game of Thrones.

But where most see thieves, I see spies.
The cyber intrusion also stole documents used in disputes for approximately 182,000 people. This includes personal identifiable information that sophisticated attackers could use to gain entry into medical records, bank accounts, employer email accounts and networks — virtually anywhere that a person has an online presence. Most consumers are still slow to adopt secondary protection schemes like two-factor authentication and continue to use challenge questions that relate directly to their personal lives. If a spy agency in China, North Korea or Russia (the three most likely culprits in the Equifax breach) has this information, they could use it to infiltrate other accounts of targeted individuals, particularly those persons of interest in government agencies.

Hong Kong govt's digital transformation commitment detailed


Apart from the unprecedented focus on technology and innovation development, the latest Policy Address announced last month also demonstrates Chief Executives Carrie Lam’s commitment to transform the government’s technology practice. Policies that include a new procurement arrangement and CE-led Steering Committee on Innovation and Technology are considered by industry veterans and former civil servants as a digital transformation within the Hong Kong SAR Government.

“The overall direction is positive and encouraging, but it also raises a lot of question marks, particularly around the implementation,” Raymond Wong, the former assistant director (information systems) of the Hong Kong Immigration Department said.

“With Carrie’s personal commitment in technology development and close collaboration between her executive council members, I am confident with the upcoming development in technology,” said Fanny Law, chairman of the board of directors at the Hong Kong Science and Technology Park (HKSTP). “Of course, the results remain to be revealed upon the deployment of these policies.”

Rabu, 01 Maret 2017

Berbagai Perkembangan Di Proyek-Proyek Kota Pintar Tiongkok: Nanjing, Yinchuan, Lijiang (2)


Bagian  1
Menempatkan Sebuah Pencegah Kejahatan
Salah satu pemandangan paling mengesankan di Tiongkok adalah  Sungai Li sepanjang 83 kilometer yang terletak diantara tempat-tempat  tujuan turisme yang paling banyak dikunjungi di negeri tersebut. Area menakjubkan  kelas 5A nasional ini memiliki 179 kapal untuk mengakomodasi jutaan turis yang datang dari berbagai belahan dunia. Namun, satu tantangan yang telah menjangkiti area  itu, rendahnya ketertiban sosial, dengan insiden-insiden seperti berenang di kawasan terlarang pada sungai, dan rakit bambu yang digunakan di sungai telah menyebabkan  sekitar 30 kematian setiap tahun. Pedagang kaki lima atau pengasong juga telah  secara serius menghambat manajemen lokasi-lokasi wisata di sepanjang sungai tersebut.

Untuk menanggulangi kelemahan pemantauan yang benar dan sistem pengawasan, Polisi Lijiang membutuhkan solusi untuk menguatkan kontrol ketertiban sosial dan penegakan hukum. Diantara solusi-solusi yang tersedia, jaringan-jaringan optikal terbukti menghadapi tantangan untuk dijalankan, sebungan dengan permukaan tanah yang tak rata atau berbukit-bukit di sekeliling sungai. WiMax juga gagal untuk memenuhi  mobilitas kecepatan tinggi yang dibutuhkan oleh kapal-kapal patroli sungai.

Sabtu, 25 Februari 2017

Empat Orang Terkaya Indonesia Berkekayaan Senilai 100 Juta Orang Termiskin



Orang mengais sampah di Medan. Sekitar 93 juta orang Indonesia  saat ini hidup dibawah garis kemiskinan moderat Bank Dunia dengan pendapatan  $3.10 per hari. Photo: Sabirin Manurung/PP/Barcroft Image/Pacific Press / Barcroft Images

Empat orang terkaya di Indonesia memiliki kekayaan senilai 100 juta orang termiskin di negeri ini, sekalipun presiden Indonesia berulang kali menyatakan komitmen untuk memerangi “bahaya” tingkat-tingkat ketaksetaraan.


Oxfam pada Kamis, 23 Februari telah menyorot Indonesia sebagai salah satu negara yang paling timpang di dunia, dimana jumlah miliarder dollar telah meningkat dari satu pada 2002 menjadi 20 pada 2016.

Oxfam menyatakan bahwa empat orang terkaya Indonesia tersebut-dipimpin oleh Hartono bersaudara, Budi dan Michael Hartono yang mengontrol aset senilai 25 miliar dolar, yang secara kasar sama dengan  jumlah kekayaan 40% orang  paling miskin dari 250 juta populasi penduduk Indonesia. Lembaga tersebut juga menyatakan bahwa Hartono bersaudara-yang memiliki perusahaan  rokok kretek-dapat menikmati bunga yang cukup, pada kekayaan mereka dalam setahun, untuk menghilangkan kemiskinan ekstrim di Indonesia.

Sabtu, 18 Februari 2017

Berbagai Perkembangan Di Proyek-Proyek Kota Pintar Tiongkok: Nanjing, Yinchuan, Lijiang (1)



Dengan Tiongkok yang sedang  melaju di atas trek yang akan mencuatkannya sebagai ekonomi  dunia paling kuat, pada tahun-tahun belakangan ini telah memperlihatkan kota-kotanya dalam cara yang sama, telah menunjukan ambisi-ambisi untuk menjadi sejumlah kota tercerdas di bola dunia ini, melakukan maksimalisasi pemanfaat teknologi-teknologi jaringan dan komputasi untuk memajukan kekompetitifan dan memperbaiki kehidupan warga kotanya.

Munculnya kemetropolitan tidak melulu harus sesuai dengan aturan yang keras dan ketat untuk mengatur seperti apakah seharusnya sebuah kota “pintar” terlihat, tetapi kota-kota tersebut memang memiliki sejumlah hal kesamaan-sebuah keantusiasan terhadap pengedepanan keamanan publik dan layanan-layanan warga kota, dengan meruntuhkan menara-menara silo atau penyimpan bahan pangan, yaitu sebuah upaya untuk meruntuhkan berbagai hambatan yang justru ditimbulkan oleh begitu ketatnya hirarki-hirarki yang berorientasi pada tujuan organisasi atau lembaga, dan bukan pada tujuan menciptakan kepuasan masyarakat, sebagai kepedulian utama.

Sabtu, 11 Februari 2017

Bagaimana Teknologi Akan Mentransformasi Industri Dan Masyarakat? (2)


Bacalah lebih dulu: bagian 1
Data Besar Analitik dan “Cloud”
Sebuah perkiraan menyatakan sebesar 25 quintilion byte data dihasilkan setiap hari pada saat ini, dan banyak perkiraan mengatakan 90% data di dunia saat ini telah diciptakan dalam dua tahun belakangan ini. Tetapi banyak dari data ini dalam keadaan tidur: hanya 5% data yang pernah dianalisa, yang berarti  data besar analitik tersebut  memiliki manfaat-manfaat potensial yang begitu besar untuk dihasilkan.

Terima kasih  kepada sistem komputasi teknologi awan atau cloud, organisasi-organisasi sekarang dapat menyewa kapasitas dalam jumlah yang begitu besar, masif dan kompleks untuk menganalisa data kapanpun mereka membutuhkannya, menempatkan “analitik-analitik data besar sebagai sebuah layanan atau servis” di antara layanan-layanan berbasis cloud yang  bertumbuh pesat. Sebagaimana Interkoneksi via Internet bertumbuh secara eksponensial, platform-platform atau arsitektur-arsitektur sistem kerja awan  pasti  esensial dalam mengoneksikan perangkat-perangkat dan hosting yang terkait aplikasi-aplikasi dan data.


Manfaat-manfaat bagi industri analitik-analitik data besar berbasis cloud mencakup:

Rabu, 08 Februari 2017

Bagaimana Teknologi Akan Mentransformasi Industri Dan Masyarakat? (1)



Forum Ekonomi Dunia telah memulai proyek riset “Digital Transformation Initiative” untuk mengeksplorasi dampak digitalisasi pada segenap pelosok 13 industri utama. Riset tersebut mengidentifikasikan sejumlah teknologi yang diharapkan  memiliki dampak paling banyak dalam mentransformasi bisnis dan masyarakat:


Percetakan 3D: Manufaktur berdasarkan permintaan
Dalam percetakan 3D, atau Additive Layer Manufacturing (ALM), obyek-obyek diciptakan dari dokumen-dokumen digital cetak biru dengan menelentangkan lapisan-lapisan material secara bersusun. Rentang material yang dapat digunakan dengan mesin-mesin pencetak telah meluas secara signifikan selama dekade belakangan ini, memampukan solusi-solusi  berdasarkan permintaan atau on demand dan dapat disesuaikan dengan keperluan  yang sangat dioptimasi dengan tambahan kecil biaya per unit.


Industri-industri logistik dan rantai nilai  bisa terganggu, sebab percetakan 3D dapat menolong konsumen dan  usaha-usaha bisnis dalam mencetak obyek atau benda yang mereka inginkan di suatu tempat yang dekat dengan lokasi bisnis mereka sendiri, mengurangi keperluan suku-suku cadang dan barang-barang yang harus dikirimkan.

Corruption Perceptions Index 2018

Why China is building islands in the South China Sea

INDONESIA NEW CAPITAL CITY

World Economic Forum : Smart Grids Explained

Berita Terbaru


Get Widget