"Secara internasional definisi perang cyber akan tetap sulit untuk didefiniskan, dengan banyaknya aktor negara yang semakin sering menggunakan jasa para kriminal dan hacker untuk melancarkan berbagai serangan cyber, demikian prediksi CSOC.
Sebuah laporan bersifat Confidential yang bocor ke tangan The Register, website berita TI mengungkapkan laporan para pakar GCHQ, yang menjadi pusat pemantauan komunikasi asing dan operasi Signal Intelligence (SIGINT), tentang serangan cyberterrorist yang mampu menciptakan dampak sosial yang sangat serius dan luas
. Government Communications Headquarter (GCHQ) yang memiliki kemitraan dengan badan intelijen MI5 dan MI6, belum lama ini membangun dan mengoperasikan Cyber Security Operations Centre (CSOC) yang berfungsi melakukan prediksi dan didokumentasikan untuk kepentingan Cabinet Office dan dokumen itu menyatakan dengan makin bergantungnya berbagai pelayanan publik pada web akan mempercepat serangan cyber mencapai sasaran tanpa dapat dicegah sehingga berbagai bentuk interupsi akses broadband tidak dapat ditoleransi dan dapat memberikan berbagai dampak serius terhadap aktivitas ekonomi dan masyarakat.
"Sebuah serangan cyberterorist yang sukses terhadap berbagai layanan publik akan berdampak katastropik pada tingkat kepercayaan publik terhadap pemerintah, bahkan bila serangan itu hanya menciptakan kerusakan minimal,"ungkap dokumen tersebut yang disitat Public Technology (24/2).
Hampir semua serangan cyber masih tetap sulit untuk dilacak siapa yang menjadi sponsornya, laporan pakar GCHQ dalam dokumen tersebut yakin, sebagaimana halnya serangkaian serangan DDoS (denial of service) yang melanda website pemerintah Georgia saat Rusia menginvasinya pada 2008 ( walau tak pernah dapat dibuktikan sepenuhnya bahwa Kremlin ada dibalik serangan cyber tersebut), sementara untuk peristiwa serangan Google di China, diyakini Pemerintah Republik Rakyat China berada dibalik serangan tersebut
."Secara internasional definisi perang cyber akan tetap sulit untuk didefiniskan, dengan banyaknya aktor negara yang semakin sering menggunakan jasa para kriminal dan hacker untuk melancarkan berbagai serangan cyber, demikian prediksi CSOC.
"Banyak negara nampaknya mulai menjadikan domain cyber sebagai area untuk melancarkan perang, dan sulit untuk mencapai sebuah kesepakatan internasional dalam lima tahun ini,untuk menentukan tindakan-tindakan apa saja yang tak dapat diterima dalam sebuah cyberwar. Kini berbagai Cyber tool yang digunakan oleh pelaku kriminal cyber semakin canggih dan dapat dimiliki dengan harga yang murah, dan akses brodaband menjadi sarana banyak negara untuk mencapai berbagai tujuan dengan menyewa para kriminal cyber agar melancarkan serangan DDOS dan serangakaian serangan ke infrastruktur (negara) lawan," ungkap dokumen GCHQ.
Serangkaian prediksi yang tertuang di dalam laporan tersebut berfungsi sebagai materi berbagai pertemuan baik "classified" dan umum yang dilakukan oleh CSOC dengan pihak industri dan akademisi dalam beberapa minggu belakangan ini, dan hasilnya direncanakan akan diadopsi kedalam kebijakan termasuk soal apakah Inggris harus mengembangankan berbagai kemampuan untuk menyerang di dunia cyber dan mampu menghadapi situasi kepanikan kiamat nasional sebagai dampak serangan cyber yang mematikan seluruh infrastruktur.
(Public Technology | Martin Simamora)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar