Editor : Martin Simamora, S.IP |Martin Simamora Press

Kamis, 11 Februari 2010

Masdar, Green City Acuan Dunia di Tengah Padang Gurun


Menteri Perminyakan UAE, Mohammed bin Dhaen al-Hamli pun menyatakan:"Menjadi sebuah keharusan, semua kita pun tahu bahwa ekonomi dunia akan bertumbuh dan energi fosil tidak lagi mampu memenuhi keperluan pertumbuhan ekonomi dunia. Cara saya memandangnya, kita harus melakukan diversifikasi energi hibrid yang rasional, yang akan membawa sebuah keseimbangan yang baik dan membawa keamanan bagi negara dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," paparnya.

Masdar sebuah kota ambisius bernilai USD22 miliar terbentang di negara kaya minyak Abu Dhabi. Kota ini steril dari emisi karbon dan tanpa limbah rumah tangga, menjadikannya sebagai kota dan sekaligus proyek hijau termahal di dunia.

Abu Dhabi adalah salah satu kota yang termasuk dalam daftar kota-kota terkaya di dunia namun juga salah satu produsen gas rumah kaca terbesar di dunia. Namu kota para Sheik ini mencoba untuk mengedepankan penggunaan sumber daya energi campuran. Abu Dhabi telah mendeklarasikan keinginannya untuk mulai merancang investasi pada energi masa depan : energi terbarui.

Upaya besar Abu Dhabi mengembangkan energi masa depan ini telah menjadi salah satu faktor yang turut mengguncangkan kartel minyak: OPEC (Organisation for Petroleum Exporting Countries). Abu Dhabi pun mengerahkan sumber daya keuangannya yang raksasa tersebut ke dalam pembentukan dana investasi global untuk pengembangan sumber daya energi terbarui.

Masdar City juga akan menjadi basis utama bagi sekitar 142 negara yang tergabung ke dalam International Renewable Energy Association.

Abu Dhabi pun telah mengalokasikan USD145 miliar untuk serangkaian event industri teknologi bersih selama satu tahun yaitu World Future Energy Summit. Sebuah upaya besar untuk mempromosikan energi terbarui dan melibatkan negeri ini kedalam pengembangan Green Technology.

Sultan Ahmed Al Jaber, sosok yang bertanggung jawab yang mengamati perkembangan Green Transformation menjelaskan mengapa Abu Dhabi sangat intensif mengembangkan Green Energy dan Technology, menurutnya United Arab Emirates dimana Abu Dhabi adalah ibu kotanya berpendapat bahwa berbagai jenis energi fosil tak lagi menjadi energi utama dimasa depan.

"UAE meyakini agar dunia dapat memenuhi kebutuhan energinya dan membantu mitigasi perubahan iklim, kita harus mengadopsi sebuah pendekatan baru terhadap sumber daya dan penggunaan energi, yang kelak akan berwujud energi campuran atau hibrid, jelas Dr Al Jaber CEO Masdar (Abu Dhabi Future Energy Company).

Menteri Perminyakan UAE, Mohammed bin Dhaen al-Hamli pun menyatakan:"Menjadi sebuah keharusan, semua kita pun tahu bahwa ekonomi dunia akan bertumbuh dan energi fosil tidak lagi mampu memenuhi keperluan pertumbuhan ekonomi dunia. Cara saya memandangnya, kita harus melakukan diversifikasi energi hibrid yang rasional, yang akan membawa sebuah keseimbangan yang baik dan membawa keamanan bagi negara dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," paparnya.

Upaya Abu Dhabi untuk memperbaiki kualitas penggunaan Green Energy tak lepas dari upaya berskala masif emirat ini yang telah berlangsung dalam beberapa tahun belakangan ini untuk mengurangi ketergantungan pendapatan negara dari ekspor minyak bumi. Berbagai proyek pembangunan Green Project senilai USD200 miliar kini tengah dirancang atau sedang dibangun di Kota Masdar dan menjadikan kota ini sebagai tujuan turis, bisnis dan hub industri di kawasan Timur Tengah.

Terlepas dari apa pun motivasi Abu Dhabi beralih ke Green ( murni bermotif perubahan lingkungan atau di dorong oleh upaya penguasaan teknologi menjelang berakhirnya era minyak bumi), tak perlu diragukan lagi investasi raksasa ini akan melesatkan industri teknologi hijau.

Kota Masdar yang memiliki disain dan teknologi masih akan mempertimbangkan apakah kota yang akan didiami oleh 50.000 orang akan terhubung dengan underground metro system yang telah terdisain.

Kota Masdar akan meninggalkan penggunaan pendingin udara (AC) yang berkontribusi sebagai penyumbang terbesar CO2 bagi Abu Dhabi dan beralih ke metode bangunan lama/tradisional padang gurun Arabia dengan membuat saluran udara di seluruh kota dan secara cermat memanfaatkan bayangan untuk membendung sengatan panas Matahari dengan temapratur maksimum rata-rata mencapai 40 derajat celcius.

Penghuni perdana kota Masdar adalah 150 mahaiswa Masdar Institute of Science and Technology yang berafiliasi dengan Massachusetts Institute of Technology dan akan menempati kota ini pada bulan September 2010. Kota ini akan rampun sepenuhnya pada tahun 2020.


Kota ini akan memiliki tenaga listrik yang bersumber dari energi Matahari berupa panel surya di atap rumah di area seluas 6 Km persegi dan berbagai sumber energi terbarui lainnya. Salah satu inovasi terbesar yang akan melengkapi kota ini adalah mobil otomatis tanpa pengemudi bertenaga surya sebagai sarana transportasi publik di seluruh kota Masdar.

Tentu saja sebagai proyek pembangunan yang baru dan mengandung inovasi yang sama sekali luar biasa, maka pro dan kontra pun merebak di tengah-tengah masyarakat. Bagaimana Indonesia yang juga berjuang keras mengadopsi kesepakatan Kopenhagen, tentu tak harus meniru Abu Dhabi tetapi setidaknya dapat mengadopsi langkah Malaysia yang menyediakan skema pembiayaan Teknologi Hijau.


(The Australian |Neilhair.com| Martin Simamora)







Tidak ada komentar:

Corruption Perceptions Index 2018

Why China is building islands in the South China Sea

INDONESIA NEW CAPITAL CITY

World Economic Forum : Smart Grids Explained

Berita Terbaru


Get Widget