Evita Legowo. TEMPO/Arnold Simanjuntak |
RFID yang berfungsi membaca jumlah bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang dikonsumsi oleh kendaraan ini akan dipasang di pom bensin. Sedangkan di kendaraan akan dipasang semacam finger print atau tanda yang sudah disinkronkan dengan RFID.
Angkutan umum dipilih sebagai obyek uji coba karena temuan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi menyebutkan penyelewengan BBM bersubsidi sering kali terjadi di moda transportasi itu.
Uji coba pertama pada bulan Juli itu akan dilakukan terhadap 500 unit mikrolet M-01 jurusan Senen-Kampung Melayu. Pelaksanaan uji coba berlangsung selama tiga bulan itu untuk melihat efektivitasnya, sebelum menjadi pilihan opsi dalam pengaturan Bahan Bakar Minyak bersubsidi nantinya.
Kapan RFID ini dapat diberlakukan secara penuh untuk mendukung program pembatasan BBM subsidi, Evita masih belum dapat memastikannya. "Pelan-pelan kami evaluasi dulu sebelum berlaku untuk semuanya," kata dia.
Sebelumnya, Evita pernah menjelaskan bahwa tidak ada pembatasan kuota bagi angkutan umum yang akan di uji coba. Pemerintah baru akan memantau apakah sistem ini tidak mengganggu arus transportasi.
Pemerintah memang belum mengambil sikap tegas membatasi penggunaan BBM bersubsidi meskipun konsumsi bahan bakar itu hingga 22 Mei lalu telah mencapai 40 persen. Evita juga membantah kabar pembatasan BBM bersubsidi yang akan dimulai pada Juli nanti.
Untuk menekan konsumsi BBM bersubsidi, pemerintah masih mengandalkan imbauan kepada masyarakat untuk mulai membiasakan membeli BBM non subsidi."Dengan imbauan, pengetatan pengawasan, dan juga pelatihan kepada operator SPBU," ujarnya.
TempoInteraktif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar