Korea Selatan memiliki peran penting dalam upaya global mencegah dampak buruk perubahan iklim melalui pengurangan emisi CO2. Sebagai pengimpor minyak bumi terbesar nomor lima di dunia dan produsen gas CO2 tercepat dalam kelompok OECD, implementasi teknologi Smart Grid senilai USD24 miliar menjadi program utama negeri Gingseng ini.
Korea Selatan telah menggangrakan pengeluaran sebesar 27.5 triliun Won atau setara dengan USD24 miliar untuk implementasi teknologi Smart Grid untuk 2 dekade mendatang. Korea Selatan berkepentingan untuk menerapkan Smart Grid agar dapat membangun distribusi listrik yang lebih efisien, dan mereduksi secara tajam emisi gas rumah kaca, dan menghemat impor energi sebesar USD26 miliar, ujar Menteri Energi KOrea Selatan dalam sebuah pernyataan pada Jumat (22/1) lalu seperti disitat dari Reuters.com.
Korea Selatan bahkan telah menetapkan 8 konsorsium untuk melakukan uji coba proyek, yang akan mampu menghemat uang konsumen/ tagihan listrik, mengurangi pemadaman dan menghasilkan suplai energi listrik berbasis tenaga matahari dan angin. Pemerintah telah megalokasikan pengeluaran sebesar 2,7 triliun Won, sementara sektor swasta diperkirakan akan melakukan investasi sebesar 24,8 triliun Won hingga tahun 2030 mendatang, ujar Menteri Energi.
Proyek Smart Grid yang digulirkan oleh Pemerintah Korea Selatan diyakini akan mereduksi emisi gas sebesar 150 juta ton pada tahun 2030 dan mengurangi impor minyak bumi sebesar 344 juta barel atau senilai 30 triliun won. Smart Grid sebagai teknologi yang diunggulkan oleh Pemerintah Korea Selatan akan melengkapi seluruh pembangkit listrik di negeri tersebut dengan berbagai teknologi sensor dan komputer, demikian juga pada seluruh jaringan hingga ke seluruh pusat kendali listrik sehingga memiliki kemampuan manajemen distribusi listrik yang jauh lebih baik.
(Foto/Gambar Ilustrasi: http://my.reset.jp)
----------------------------------------------------------------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar