Bali Bombing 2002-
Gerry Meyers Photography
gerrymeyers.com
|
Pemerintah Australia
berencana untuk memperkuat sistem
manajemen bencana yang ada di Bali, yang menangani berbagai bencana baik bencana yang
diakibatkan oleh manusia maupun oleh alam di pulau itu
dengan membantu menata dan mendisain
rencana-rencana tanggap darurat yang efektif.
Gubernur Made Mangku Pastika, yang turut serta dalam
delegasi yang dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang berkunjung
ke Australi, kepada para reporter menyatakan bahwa komitmen pemerintah
Australia untuk mendukung sistem manajemen bencana merupakan salah satu
hasil-hasil penting dari pertemuan-pertemuan bilateral antara Indonesia dan
Australi di Darwin pada awal minggu ini.
“Untuk Bali, hal yang
paling penting dari kunjungan ke Australi adalah kerjasama antara Bali dan
Australia untuk menata dan mendisaian
rencana-rencana tanggap darurat untuk menghadapi bencana-bencana,” ujar
Pastika kepada para wartawan setelah pertemuan dengan DPR Bali di Denpasar pada
Kamis.
Sebagai tujuan turis internasioanl, Bali
rawan terhadap bencana-bencana yang diakibatkan oleh manusia, termasuk
serangan-serangan teroris.
Pengeboman-pengeboman oleh teroris di Bali pada Oktober 2002 dan Oktober 2005 merengut
ratusan nyawa, hampir semuanya adalah
turis asing.
Lokasi geografis Bali juga telah memaksa pihak-pihak
berwenang di Bali untuk selalu berada didalam kondisi-kondisi siaga.
Dikelilingi oleh pantai-pantai, pulau ini rawan dengan bencana-bencana
perairan, seperti tsunami, sementara gunung-gunungnya yang aktif, Gunung Batur
dan Gunung Agung, dapat sewaktu-waktu meletus dan mengakibatkan rangkaian gempa bumi.
Menurut Pastika,
pemerintah Bali telah menandatangani sebuag
kesepakatan kerjasama dengan pemerintah Australi untuk memperkokoh koordinasi
antara Rumah Sakit Sanglah dan Royal
Darwin Hospital di Australia bagian Barat.
“Kami telah
menandatangani sebuah kesepakatan antara
RS Sanglah dan Darwin Royal
Hospital sebagai rumah
sakit rekanan. Jika sesuatu terjadi di Bali, Rumah Sakit Royal Darwin
dapat membantu kita dengan rencana-rencana tanggap darurat. Hanya memerlukan
waktu 2jam 45 menit untuk mencapai RS Royal Darwin dengan pesawat terbang,”
jelas Pastika.
Ketika mengunjungi RS Royal Darwin di Utara Australia,
Pastika dan semua delegasi menyaksikan kesiapan semua staf di rumah sakit menghadapi bencana-bencana yang terjadi di Bali. Rumah sakit tersebut telah melakukan evakuasi dan merawat
korban-korban bom Bali pada
Oktober 2002 dab Oktober 2005 karena Sanglah dan rumah sakit lainnya kekurangan
berbagai fasilitas untuk menangani bencana-bencana yang massif.
“Presiden Yudhoyono dan semua delegasi menyaksikan berbagai
fasilitas di pusat RS Royal Darwin, dan semuanya telah siap untuk membuat rencana-rencana tanggap
darurat. Mereka memiliki begitu banyak
sumber daya manusia yang terampil.” Ujar Pastika.
Sebelumnya, pada Mei 2011, Pastika telah mengunjungi Australia atas undangan Kementerian Luar Negeri Australia untuk
mempelajari system manajemen tanggap
darurat negeri itu. Dia juga mengunjungi markas besar Polisi Federal
Australia, Pusat Data Bom Australia
dan institusi-institusi lainnya yang menangani langkah-langkah mitigasi
darurat.
Pastika mengatakan bahwa pemerintah Australia
sejak tahun lalu telah membantu Bali memperbaiki
kualitas sumber daya-sumber daya manusia yang menangani bencana-bencana.
“Sejumlah perawat Sanglah telah dilatih berdasarkan
standar-standar Australia.”
Melengkapi hal ini, pemerintah Australia juga akan
meningkatkan Pusat Darurat Bali untuk Manajemen
Bencana, yang telah dibangun dengan bantuan pemerintah Prancis melalui Palang
Merah Prancis.
Pusat Darurat Bali memiliki empat fungsi utama : data dan
informasi, layanan-layanan system peringatan dini, operasi-operasi tanggap
bencana dan tanggap layan darurat. Tidak
seperti kantor pemerintah lainnya, kantor ini beroperasi 24/7 dan didukung oleh
71 staf sepenuh waktu.
The Jakarta Post |Martin Simamora
Tidak ada komentar:
Posting Komentar