Editor : Martin Simamora, S.IP |Martin Simamora Press

Jumat, 19 Februari 2010

Simulasi : AS Lumpuh Total Oleh Serangan Cyber Via Smartphone!


Hasil simulasi oleh BPC akan dibawa ke Kongres AS, menjadi bahan dasar diskusi untuk mencari tahu apa yang dapat dilakukan oleh pemerintah dan regulasi apa saja yang dapat dibuat oleh pemerintah sebelum ancaman cyber mematikan secara nyata melanda Amerika serikat!


Sebuah simulasi untuk menguji kemampuan Pertahanan Cyber AS, yang bernama simulasi "Cyber Shockwave" menunjukan betapa Amerika Serikat tak siap untuk menghadapi krisis cyber (Cybercrisis).

Awal minggu ini, Cyber Shockwave, sebuah simulasi cyberattack yang melanda AS sekali lagi melanda dan menunjukan ketidaksiapan AS untuk melindungi seluruh infrastruktur TIK. Disimulasikan serangan malware berskala besar melanda AS via Smartphone meluas ke semua pemilik komputer personal, berlanjut ke serangan :distributed denial-of-service attack (DDoS attack) menghantam jaringan-jaringan telekomunikasi, melumpuhkan jaringan distribusi listrik dan meledakan jalur pipa distribusi gas. Simulasi ini menegaskan bahwa AS membutuhkan Cyberdefenses!

Para perancang simulasi Cyber Shockwave memilih Smartphone sebagai media peluncur serangan mengingat populasinya yang meningkat tajam dan menjadikannya sebagai sebuah potensi ancaman cyber.


Cyber Shockwave melancarkan serangan cyber dahsyat dan mematikan pada Kamis (11/2) lalu yang mengakibatkan matinya seluruh jaringan; telekomunikasi, listrik dan pipa gas, tentunya hanya dalam skenario yang disimulasikan. Dimulai dengan virus yang menginfeksi banyak Smartphone, virus terus bergerak ke seluruh pengguna komputer pribadi saat pemakai Smartphone melakukan sinkronisasi (data) dengan komputernya. Selanjutnya komputer rumah menjadi media bagi virus untuk melancarkan serangan DDOS dengan mengirimkan file vide berukuran besar yang membanjiri jaringan.


Sementara itu perusahaan listrik AS mengalami kelumpuhan total sebagai akibat hantaman gelombang panas, dan sejumlah ledakan pada pipa-pipa gas memaksa penututupan pipa gas utama. Hampir sebagian besar wilayah AS mengalami kegelapan total.

Pada simulasi para peserta pun berdebat apakah Presiden perlu mengeluarkan perintah untuk melakukan penutupan jaringan kabel dan nir kabel untuk menghentikan virus, dan berdebat apakah presiden memiliki hak konstitusional untuk melakukannya. Para peserta simulasi pun mempertimbangkan untuk menghubungi National Guard dan militer untuk melakukan penjagaan langsung terhadap semua obyek/infrastruktur vital dan mengawasi kerumunan masa di jalan. Mereka yang terlibat dalam debat yang disimulasikan antara lain; mantan Secretary of Homeland Security Michael Chertoff, eks Director of National Intelligence John Negroponte dan bekas director of Central Intelligence John McLaughlin, dan memberikan kesimpulan : AS sangat tidak siap untuk menghadapi krisis cyber.



Merespon simulasi Cyber Shockwave,Blaise Misztal, senior policy analyst di Bipartisan Policy Center (BPC) menyatakan:"Kita harus fokus pada 3 aspek penting Cybersecurity :(1)Infeksi pada semua instrumen komputasi, (2) konvergensi berbagai fungsi komputasi pada berbagai alat menjadi satu alat/media seperti Smartphone memberikan peluang bagi spyware dan malware untuk berdampak lebih luas dalam kehidupan kita, (3) meningkatnya alat-alat networking dan akses ke internet memberikan efek infeksi yang multiplikasi pada setiap Smartphone apapun juga," ungkapnya.


Penggunaan Smartphone sebagai sebuah vektor serangan merefleksikan fakta yang sesungguhnya."Ada banyak orang kini beraktivitas dengan Smartphone secara instensif, kini fakta semcam ini menjadi penuntun bagi orang untuk berpikir soal celah keamanan pada Infrastruktur bersifat kritikal," Jelas Crispaden, Symantec yang turut serta menjadi sponsor Cyber Shockwave dan jubir.


"Skenario ini menggambarkan bagaimana AS dibuat bertekuk lutut oleh serangan cyber,"ungkap Rob Enderle yang menjabat sebagai Kepala Analis Enderle Group.


"Pada kejadian sesungguhnya dampaknya lebih buruk lagi dibandingkan simulasi ini, karena trafik network saat ini tak termonitor dengan baik. Apapun yang menggunakan network umum, mulai dari lampu lalu-lintas cerdas hingga ke sistem-sistem pembangkit listrik terbaru, dapat mengalami gagal fungsi atau bahkan lumpuh total, jelas Rob seperti disitat dari TechNewsWorld (17/2).

Randy Abrams, Director of Technical Education di ESET pun menegaskan:"Anda tak harus membanjiri jaringan dengan file-file video berukuran besar, anda dapat melakukannya hanya dengan mengirimkan beribu-ribu paket kecil, jelasnya.


Pada akhir simulasi Shockwave, lalu lintas penerbangan, pasar saham, dan hampir semua transaksi komersial dan finansial berada dalam kondisi tak berfungsi, semuanya lumpuh total, jelas Misztal BPC.



Kehadiran koneksi-koneksi internet yang lebih cepat atau broadband memang terlihat manis, tetapi juga berpotensi menciptakan masalah luar biasa jika sebuah serangan cyber melanda. Dengan demikian bukankah seharusnya Pemerintah AS memastikan bahwa seluruh infrastruktur Cybersecurity mampu menghadapinya sebelum meningkatkan kecepatan akses internet?


Pendekatan linear perlu diperhatikan, dengan terlebih dulu memastikan adanya keamanan yang kokoh, jika hal ini tak terjadi atau terpenuhi maka Symantec melalui wakilnya Paden berujar:"Anda tak punya pilihan lain selain menjalankannya secara beriringan, memang ada kebutuhan broadband untuk kepentingan ekonomi dan pendidikan agar AS tetap kompetitif di era; global,konektivitas dan internet.

Endarle mengingatkan ada dua hal pokok yang harus bekerja sama baiknya."Ada kebutuhan keseimbangan yang lebih besar lagi antara penggunaan teknologi baru dan kemampuan mitigasi berbagai risiko yang datang bersama dengan kehadiran berbagai teknologi baru.

Hasil simulasi oleh BPC akan dibawa ke Kongres AS, menjadi bahan dasar diskusi untuk mencari tahu apa yang dapat dilakukan oleh pemerintah dan regulasi apa saja yang dapat dibuat oleh pemerintah sebelum ancaman cyber mematikan secara nyata melanda Amerika serikat!

(technewsworld.com | Martin Simamora)








Tidak ada komentar:

Corruption Perceptions Index 2018

Why China is building islands in the South China Sea

INDONESIA NEW CAPITAL CITY

World Economic Forum : Smart Grids Explained

Berita Terbaru


Get Widget