Editor : Martin Simamora, S.IP |Martin Simamora Press

Kamis, 04 Februari 2010

AS Bangun Kemampuan "Cyber Deterrence" Setara dengan "Nuclear Deterrence"


Sekretaris Kantor Pertahanan AS, Robert M.Gate, yang juga mengalami serangan cyber terhadap sistem e-mail yang bersifat unclassified, kini mengembangkan sebuah "framework document", yang dapat menjelaskan ancaman dan potensi respon yang dapat dilakukan, dan mungkin akan menjadi awal terbentuknya sebuah strategi penggentaran terhadap lawan (deterrence) serupa dengan yang diterapkan pada dunia nuklir. Hillary Clinton pun menegaskan hal ini.

AS harus mengkalibrasi kemampuan responnya untuk menghadapi serangan cyber yang berdaya rusak mematikan, dan seiring dengan meningkatnya eskalasi serangan cyber yang mengancam kepentingan AS, maka pemerintah negeri Paman Sam meresponnya dengan memerintahkan pembangunan berbagai strategi baru dan sebuah pusat komando cyber baru: United States Cyber Command.

Sekretaris Kantor Pertahanan AS, Robert M.Gate, yang juga mengalami serangan cyber terhadap sistem e-mail yang bersifat unclassified, kini mengembangkan sebuha "framework document", yang dapat menjelaskan ancaman dan potensi respon yang dapat dilakukan, dan mungkin akan menjadi awal terbentuknya sebuah strategi penggentaran terhadap lawan (deterrence) serupa dengan yang diterapkan pada dunia nuklir.


Pusat Komando Cyber yang baru, jika disetujui Kongres AS akan dipimpin oleh Letjend. Keith B. Alexander yang juga menjabat sebagai Kepala National Security Agency. Sehingga kelak Alexander akan memimpin baik badan intelijen sistem komputer pada negara-negara asing & kelompok-kelompok teroris dan badan intelijen yang dapat menangkap pelaku,bila perintah melumpuhkan serangan cyber dikeluarkan.

Namun ada sejumlah pihak yang menuntut agar AS bertindak lebih luas lagi. Seperti dari pihak militer yang diwakili oleh Jendral Chilton dan Jendral James E.Cartwright, Vice Chairman Staf Komando Gabungan mendorong AS untuk berpikir lebih luas tentang berbagai cara untuk melancarkan serangan penggentaran dengan memberikan ancaman ekonomi dan sanksi kepada negara yang diduga berada bersama dengan serangan cyber, ujarnya pada Selasa (26/1).

Hillary Clinton pada pidatonya baru-baru ini menggambarkan bagaimana sebuah negara yang menghancurkan kebebasan internet atau menampung kelompok-kelompok yang melancarkan cyberattacks dapat dikucilkan dari pergaulan internasional. Tetapi sejumlah sanksi pun dapat dilakukan dan akan efektif untuk melawan negara-negara kecil, sejumlah perusahaan nampaknya akan menghindari pasar besar sekalipun seperti China atau Rusia yang menerapkan kendali Cyberspace dan menggunakan Cyberweapons (persenjataan cyber). Hal ini yang mendasari Google menarik diri dari China.

(Sumber :NY Times | Foto:http://themoderatevoice.com)
-----------------------------------------------------------------------------------


Tidak ada komentar:

Corruption Perceptions Index 2018

Why China is building islands in the South China Sea

INDONESIA NEW CAPITAL CITY

World Economic Forum : Smart Grids Explained

Berita Terbaru


Get Widget