Editor : Martin Simamora, S.IP |Martin Simamora Press

Selasa, 01 Juni 2010

Krisis Yunani Jadi Pelajaran Berharga Bagi Kamboja & Asia!


Ketika jatuh tempo pembayaran utang tiba, Kamboja akan membutuhkan pinjaman atau utang baru yang lebih banyak lagi dan kondisi ini dapat membawa Kamboja kedalam resesi, sebagaimana yang sekarang dialami Yunani. Kamboja bisa jadi tidak akan mengalami krisis ekonomi yang mengguncangkan dunia seperti dampak yang ditimbulkan Yunani, ungkap ekonom Kamboja. Ekonom Perserikatan Bangsa-Bangsa juga memberi isyarat tak hanya Kamboja yang harus waspada, tetapi negara-negara lain yang memiliki utang luar negeri yang besar dan menghadapi masalah korupsi yang berat juga harus mewaspadainya.

Namun krisis Yunani menjadi pelajaran yang berharga bagi Kamboja, dalam hal ini dapat memetik sebuah pelajaran : pentingnya meningkatkan pendapatan negara tahunan dan mengurangi utang dan defisit. Sebelum Yunani harus ditolong dan menerima paket moneter sebesar USD146 miliar dari negara-negara zona euro dan International Monetary Fund, Yunani mengalami defisit anggaran yang tinggi :12,7% dan di sisi lain negeri ini sangat lemah dalam melakukan pemungutan pajak dan korupsi yang merajalela.

Sebagaimana umumnya negara-negara di dunia, Yunani juga meminjam dari negara-negara lain untuk menutupi kekurangan anggaran belanja tahunan negara. Tetapi pada 2010, utang Yunani telah mencapai USD400 miliar, kondisi ekonomi yang tertekan seperti ini diperparah dengan lemahnya kemampuan negara melakukan pemungutan pajak dan krisis ekonomi global yang masih memperlihatkan taringnya.


Kondisi ini membuat Yunani berada pada risiko mengalami gagal bayar (default), yang mengkhawatirkan pasar European Union terutama pada negara-negara anggota yang memiliki kekuatan ekonomi lemah khususnya ; Italia, Portugal dan Spanyol. Paket stabilisasi dimaksudkan untuk menolong Yunani selama 3 tahun kedepan, dan konsekuensi atas penerimaan bantuan, Yunani harus melaksanakan sejumlah kebijakan pengetatan pengeluaran negara/anggaran untuk meningkatkan pendapatan.


Faktanya, Kamboja memiliki banyak masaqlah serupa dalam hal utang, pemungutan pajak dan korupsi. Namun Sam Genthy, seorang analis keuangan pada ambodia’s Securities Commission, dikutip Plaza eGov dari voanews.com (25/5) menyatakan, Kamboja memiliki kemampuan untuk mencegah terjadinya efek yang fatal dari krisis ekonomi karena pengeluaran pemerintah tidak sepenuhnya bergantung pada utang luar negeri. Utang yang dimiliki pemerintah Kamboja berjangka panjang dengan tingkat bunga yang rendah.

"Yunani menggunakan euro, dimana defisit yang dialami akan diamati secara ketat," jelasnya. "Kamboja belum berada di fase semacam ini, sekalipun negeri ini mengunakan mata uang dolar." Tapi Kamboja harus meningkatkan pendapatan negara dari pajak untuk mengurangi defisit anggaran dan utang, jelas Sam.

Defisit anggaran Kamboja pada 2009 berada di posisi 6%, meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan tahun lalu. Pengeluaran pemerintah mencapai 600 juta dolar melampau pendapatan tahunannya, yang juga bergantung pada bantuan dan pinjaman internasional, pada tahun lalu bantuan/pinjaman Kamboja mencapai 1 miliar dolar.


Kamboja memiliki utang kepada negara-negara lain, diperkirakan sebesar 4 miliar dolar, sekitar 40% dari GDP tahunan. Besar utang hampr dua kalipat sejak 2004. Beberapa ekonom mengkhawatirkan situasi ini bahwa utang Kamboja akan terus meningkat, dan jika negara-negara donor menghentikan bantuannya maka krisis seperti Yunani akan terjadi.

"Perekonomian kami hanya mengandalakan 4 sektor, yang juga rapuh," jelas seorang ekonom Kamboja Chheng Kimlong. Industri garmen, turisme dan perumahan kini mengalami penurunan akibat krisis ekonomi global,"ujarnya. "Dan hanya sektor pertanian yang sangat kuat." Jika sektor ini terluka maka penerimaan negara akan turun.


Din Virak, seorang anggota Cambodian Economic Association menyatakan, sebuah pengurangan besar terhadap jumlah bantuan oleh para donor pasti menimbulkan krisis, tetapi pemerintah memiliki potensi untuk menggunakan pendapatan minyak dan gas sebagai sumber menutupi celah tersebut.


Kamboja juga dapat berharap pada peningkatan penerimaan pajak seiring dengan pertumbuhan ekonomi, yang dapat mengurangi utang, jelas Douglas Broderick, UN’s resident coordinator untuk Kamboja. Jadi ancaman krisis utang bukanlah hal yang jauh dari potensi untuk terjadi, itu risiko nyata yang harus diamati.


Amy Wong, ekonom United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific untuk Kamboja berujar : "Ini salah satu dari banyak faktor yang ada dalam daftar pengawasan yang harus kami awasi secara cermat. " Menjaga stabilitas ekonomi mikro sangat penting, termasuk menurunkan defisit pemerintah sehingga besar utang dapat dikurangi secara bertahap. Dan melenyapkan kesenjangan sosial juga hal yang penting sebab kita tak hanya fokus kepada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga membantu masyarakat miskis dan menanggulangi berbagai masalah lingkungan.

Hang Chuon Narun, Direktur Jenderal Kementerian Keuangan dan Ekonomi menegaskan bahwa pemerintah Kamboja sangat berhati-hati menyeimbangkan pengeluaran dan pendapatan, yang akan mejamin Kamboja luput dari krisis seperti yang dialami oleh Yunani.

(Martin Simamora)

Tidak ada komentar:

Corruption Perceptions Index 2018

Why China is building islands in the South China Sea

INDONESIA NEW CAPITAL CITY

World Economic Forum : Smart Grids Explained

Berita Terbaru


Get Widget