Editor : Martin Simamora, S.IP |Martin Simamora Press

Selasa, 03 Agustus 2010

Peran E-Government Dalam Mengatasi Krisis Finansial Global (14) : Mendorong E-Government Melampaui Area Domestik, Menuju Instrumen Pengawas Global


Keberadaan pasar-pasar finansial yang terintegrasi di seluruh dunia, memastikan krisis global tak akan terhindarkan, sebagaimana dinyatakan pejabat otoritas keuangan Inggris, Verena Ross :“The current crisis has been truly global in its nature and has highlighted significant shortcoming in the international regulatory framework. Growing risks were not properly identified and monitored, standard-setting bodies varied in their effectiveness and cross-border crisis management arrangements did not work well.”

Sebelumnya :

+ Bagian 1
+ Bagian 2
+ Bagian 3
+ Bagian 4
+ Bagian 5
+ Bagian 6
+ Bagian 7
+ Bagian 8
+ Bagian 9
+ Bagian 10
+ Bagian 11
+ Bagian 12
+ Bagian 13


"Krisis saat ini sesungguhnya secara alami telah melanda secara global dan menuntut adanya pengawasan yang dilakukan dalam kerangka internasional . Resiko-resiko yang berkembang saat ini sudah tak dapat lagi teridentifikasi dan terpantau secara tepat, badan-badan pembuat standar yang beragam dalam efektivitas kerja dan dalam mengelola upaya-upaya mengatasi krisis-krisis di luar negeri juga tidak mampu bekerja dengan baik".
Sebuah laporan dari International Monetary Fund mengakui bahwa krisis finansial yang terjadi saat ini telah memperlihatkan kelemahan-kelemahan penting di dalam arsitektur global saat ini dan secara khusus mengidentifikasikan 4 area dimana arsitektur yang ada saat ini gagal untuk merespon secara memadai disaat berbagai  kerawanan meningkat yang akhirnya menghasilkan sebuah krisis.

Dua dari 4 area tersebut berkaitan dengan resiko sistemik yaitu; badan regulasi finansial lintas negara dan koordinasi respon kehati-hatian makro terhadap resiko semacam ini. Dua area lainnya yang diungkapkan oleh IMF adanya kebutuhan koordinasi lintas perbatasan dan kesepakatan-kesepakatan regulasi finansial untuk menghindari sebuah pengulangan penerapan strategi-strategi yang berjalan sendiri-sendiri sebagaimana terlihat di dalam krisis ini dan kebutuhan adanya model pendaanaan IMF yang lain.

Dalam krisis yang masih berlanjut hingga kini, perspektif global sangat diperlukan untuk memahami transmisi di semua dimensi dan penyebab-penyebab krisis ini, yang telah berdampak dalam terhadap ketidakseimbangan perdagangan dan arus-arus modal dan disparitas regulasi di seluruh negara.

Ada sebuah elemen dalam "Chaos Theory" yang bekerja di seluruh lini internasional, dimana hal sekecil kepakan sayap kupu-kupu di China dapat mempengaruhi cuaca di kota New York. Bagian kupu-kupu ini dimainkan oleh Bank Austria pada 1931 (the Creditanstalt), oleh inflasi harga properti di Bangkok tahun 1997 dan bank-bank di Islandia pada tahun 2007/8.

Banyak pelajaran yang diambil dengan sangat lambat dan menyakitkan pada pertengahan tahun 1930-an, yaitu perlunya kerjasama internasional yang mutlak harus dilakukan di tingkat-tingkat paling tinggi "(bersatu supaya kami menggantung secara terpisah"), yang kemudian terlupakan hingga akhir-akhir ini , ketika krisis ekonomi kembali menjadi bukti yang menyakitkan.

Krisis pada level internasional dapat dilihat di dalam arus-arus kredit yang mengucur dari satu bagian dunia ke bagian lainnya. Banjir kredit ini didukung oleh tingkat suku bunga jangka panjang yang rendah yang kemudian didukung oleh arus masuk modal asing yang bertumbuh dalam jumlah yang luar biasa besar.

Arus masuk modal asing telah dikaitkan dengan ketidakseimbangan perdagangan internasional, keterhubungan makro ekonomi yang keliru selama dekade terakhir, dan terutama terbentuknya berbagai suplus account saat ini dalam jumlah besar di Asia dan negara-negara pengekspor minyak.

Sementara itu saat ini juga terjadi pertumbuhan account defisit di Amerika Serikat, Inggris dan negara-negara Eropa. Jadi surplus devisa berakumulasi di China, lainnya di negara-negara Asia Timur dan negara-negara pengekspor minyak dalam volume besar.

Kebanyakan uang ini kembali ke negara-negara utama seperti; Amerika Serikat dan Inggris melalui sebuah pool investasi berskala besar atau membeli surat utang negara dalam porsi yang substansial . Hal ini memberikan dukungan bagi terciptanya level-level "over consumption" yang didasarkan pada "prosperity of asset-backed trading" dan sekuritas-sekuritas lainnya baik secara langsung dan tidak langsung (melalui kredit domestik yang mengalami lonjakan hebat).

Secara prinsip, e-Government memiliki berbagai solusi untuk menghadapi situasi internasional- walau sifat mendasar e-Government adalah nasional. Hampir semua skema e-Government hingga saat ini , kecuali skema-skema e-Government yang dibuat oleh badan-badan supranasional dan internasional, dimulai dengan sebuah perspektif nasional dan terkadang cenderung mengusung perspektif yang nasionalisme yang bertalian dengan serangkaian asumsi-asumsi kebijakan dan politik.

Asumsi-asumsi tersebut bisa jadi tidak sejalan dengan kebijakan internasional, yang sangat minim dalam program-program pelatihan.

Lloyd Blankfein dari Goldman Sachs mencatat adanya kebutuhan pengawasan di tingkat global dan apa yang dibutuhkan agar menjadi efektif :

“As recognized at the recent G20 Summit, the level of global supervisory coordination and communication should reflect the global interconnectedness of markets. Regulators should implement more robust information sharing and harmonized disclosure, coupled with a more systemic, effective reporting regime for institutions and major market participants. Without these, regulators will lack essential tools to help them understand levels of systemic vulnerability in the banking sector and in financial markets more broadly.”

"Seperti diakui pada KTT G20 baru-baru ini, tingkat koordinasi pengawasan global dan komunikasi harus mencerminkan keterkaitan pasar global. Regulator harus menerapkan berbagi informasi yang lebih kokoh dan pengungkapan yang harmonis, serta dengan lebih sistemik, rezim pelaporan yang efektif bagi lembaga-lembaga dan para pelaku pasar utama. Tanpa ini, regulator akan mengalami kekurangan alat-alat penting untuk membantu mereka memahami tingkat kerentanan sistemik di sektor perbankan dan di pasar keuangan yang lebih luas. "


~bersambung~


(Martin Simamora)

Tidak ada komentar:

Corruption Perceptions Index 2018

Why China is building islands in the South China Sea

INDONESIA NEW CAPITAL CITY

World Economic Forum : Smart Grids Explained

Berita Terbaru


Get Widget