Editor : Martin Simamora, S.IP |Martin Simamora Press

Kamis, 22 Juli 2010

Peran e-Government Dalam Mengatasi Krisis Finansial Global (Bagian 7) :lalu Bagaimana E-Government Membantu Mengatasi Resiko Sistemik?


Ekonom di sektor finansial lainnya berpendapat bahwa resiko sistemik semacam ini sangat esensial terhadap resiko relevan lainnya yang  terkait dengan model-model econometric. Akan tetapi para penggagas model-model ini tidak mampu memberitahukan kepada publik mengenai resikonya, atau ada kemungkinan mereka tidak menjalankan etika tanggungjawab yang melekat. Namun demikian poin utamanya bukan pada : apakah pembuat model sudah pernah menginformasikannya atau belum mengenai resiko-resiko sistemik yang dapat terjadi.


Sebelumnya :

+ Bagian 1
+ Bagian 2
+ Bagian 3
+ Bagian 4
+ Bagian 5
+ Bagian 6

Hal pokok terpenting adalah : model-model matematika formal pada dasarnya tidak dapat membantu untuk memahami mekanisme-mekanisme dan relasi struktur-struktur yang kompleks dikarenakan adanya bias analisa yang melekat didalam model-model tersebut.

Posisi ini memiliki kesamaan besar dengan para penganut pandangan Keynesian seperti Eichengreen dan Temin dalam memandang Depresi Besar 1930-an. Namun sikap lain diambil oleh Peter Gowan, yang menyarankan bahwa kedua model tersebut dan regulator-regulator telah memperhitungkan resiko sistemik sebelumnya, namun mereka berpikir dapat mengontrol resiko.

Kebutuhan inovasi-inovasi tehnik finansial telah lama dikembangkan dan mulai dilakukan sebelum tahun 2001, sebelum munculnya gelembung perumahan (housing bubble) yang menggiring keuangan global kedalam krisis yang hingga kini masih berlangsung. Jadi sesungguhnya, gelembung yang membesar itu berlangsung dalam kondisi yang diizinkan terjadi, dan dalam beberapa kasus regulator-regulator dan pengembang-pengembang model terlibat dalam proses ini, sebagaimana halnya dengan gelembung-gelembung lainnya yang terjadi di masa lalu.

Merosotnya sektor jasa perumahan dan real estate dengan cepat, dalam hal ini sektor jasa keuangan, yang kemudaian diikuti oleh sektor-sektor utama dan akhirnya sektor industri pendukung telah menegaskan bahwa secara individual sektor-sektor tidak terisiolasi satu sama lain, bahkan tidak terhadap faktor yang lebih luas yaitu interaksi-interaksi level makro.

Kondisi ini memunculkan kemungkinan adanya dinamika deflasi dalam bentuk seperti digambarkan oleh Kindleberger di akhir tahun 1920-an dan setelahnya, bentuk deflasi yang terjadi di level Cross Systemic. Apa yang hendak dikatakan baris kalimat ini adalah keterkaitan - atau terkadang benturan - yang terjadi di antara sistem-sistem yang sudah sangat teragregasi.

Penanganan situasi semacam ini bisa jadi terdengar sebagai tindakan klasik dalam aplikasi manajemen resiko dan pencegahan, tetapi keberhasilan bergantung pada kesegeraan untuk mengetahui bagaiamana kebijakan-kebijakan regulasi finansial dipilih. Namun hal ini jauh dari dapat memberikan jaminan penangan resiko, malah memunculkan berbagai isu "ketidakpastian" atau lebih buruk lagi : "Ketiadaan pengetahuan" (atau sepenuhnya "pengabaian") terhadap masalah-masalah apa yang sebenarnya terjadi saat ini.

Tanpa memiliki detail masalah seutuhnya baik berkait dengan penyebab-penyebab atau arah perjalanankrisis finansial yang berlangsung saat ini, maka tidaklah terlalu sulit untuk mengarahkan situasi ini dengan cepat menjadi sistemik, dan pastilah kita dapat menilai akan bergulir menjadi cross-systemic.

Jadi, sebagaimana terjadi di Amerika Serikat atau Eropa di tahun 1930-an atau di Asia Tenggara di akhir tahun 1990-an berbagai kesulitan dengan cepat meliputi sektor real maupun aspek ekonomi moneter yang berorientasi global. Diawali dengan hilangnya kepercayaan dan yang lainnya mengingatkan kembali pernyataan yang dikemukakan oleh Kindleberger mengenai (interaksi) "dinamika deflasi", dan keduanya bekerja seperti penjepit resiko sistemik yang semakin membesar dan ketidakpastian.

Lalu perbaikan-perbaikan apa saja yang dapat dilakukan oleh e-Government terhadap resiko sistemik? Atau apa yang dapat dilakukan oleh e-Government di masa medatang apabila situasi semacam ini terulang kembali? Jawabannya sangat bergantung pada seberapa besar penekanannya pada aspek psikologi sosial dan pada keyakinan-keyakinan alami manusia yang cenderung tidak logis atau sulit dipahami seperti perilaku individual yang cenderung ditiru shingga menjadi perilaku kolektif atau disebut herd mentality (atau mentalitas kawanan).

Menggunakan internet memungkinkan pengaksesnya memperoleh informasi yang tepat namun juga informasi yang salah, kemudian disebarkan secara lebih cepat; lalu bagaimana penerima informasi dapat menentukan posisinya untuk dapat memilah pokok-pokok tertentu dalam sebuah informasi sebagai yang benar atau tidak benar, khususnya dalam realitas dimana ada tersedia banyak alternatif sumber informasi yang kadang bersifat kabur sulit untuk menentukan apakah "hitam" atau "putih".

Menggugah kesadaran-kesadaran bahwa ada sebuah masalah yang patut diupayakan penyelesaiannya, walaupun sayangnya banyak pemerintah baru berani mengambil tindakan jika sudah terdesak, yaitu setelah semuanya terlanjur semakin berat. Jadi jelas dalam banyak hal akan sangat tergantung pada kepercayaan masyarakat terhadap lembaga-lemabaga atau pejabat-pejabat pemerintah


~bersambung~

(Martin Simamora)


Tidak ada komentar:

Corruption Perceptions Index 2018

Why China is building islands in the South China Sea

INDONESIA NEW CAPITAL CITY

World Economic Forum : Smart Grids Explained

Berita Terbaru


Get Widget