Air mata putri sulung Ruyati, Een Nuraeni, jatuh bercucuran saat meminta agar jenazah sang ibu yang dihukum pancung di Arab Saudi dipulangkan ke Tanah Air. Een berharap tidak ada TKI yang dipancung lagi.
Ruyati saat eksekusi hukuman pancung
Een didampingi Direktur Eksekutif Migrant Care, Anis Hidayah, menyambangi
Komnas Perempuan, di Jalan Latuharhary, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (26/6/2011).
Een mengenakan baju muslim warna merah bermotif bunga-bunga dengan kerudung warna merah. Mereka diterima Ketua Komnas Perempuan, Yuniarti Chuzaifah dan komisioner Komnas Perempuan Tumbu Saraswati.
Een menumpahkan unek-uneknya. Ia ingin jenazah ibunya cepat dipulangkan.
"Kalau memang mau menjalankan hukum Islam, majikan pun yang membunuh harus dihukum pancung. Jangan hanya berlaku pada TKW dan buktikan bahwa mereka sudah dipancung. Itu baru adil," kata Een sambil menangis tersedu.
Een meminta para majikan diminta tidak meremehkan para pembantu. "Manusia siapa pun kalau diinjak pasti marah. Untuk Indonesia, hentikan saja pengiriman TKW. Jangan sampai ada yang dipancung lagi. Cukup ibu saya yang terakhir," ujarnya.
Direktur Eksekutif Migrant Care, Anis Hidayah, meminta pemerintah memberikan penjelasan tentang proses hukum Ruyati dan hak keluarga mengenai proses pemulangan jenazah dipenuhi. "Orang yang meninggal di luar negeri, keluarga berhak untuk mengambil jenazah," kata Anis.
Menanggapi hal ini, Ketua Komnas Perempuan, Yuniarti Chuzaifah akan menyurati raja di Arab untuk pengampunan TKI yang lain. "Terkait dengan Ruyati, hak korban dan keluarga adalah hak untuk mendapatkan kebenaran dan keadilan," kata Yuniarti.
Menurut dia, keluarga berhak untuk mendapatkan jenazah Ruyati dan berhak tahu di mana dan bagaimana bisa dipulangkan. Keluarga juga berhak tahu proses pengadilan sejauh mana korban mendapat pembelaan dan penerjemah pada saat proses pengadilan.
detik.com | PressTV
Tidak ada komentar:
Posting Komentar