Sejak kita meluncurkan konsep "Smart Government" Saya mengamati ada sejumlah klien pemerintah, beberapa pemasok teknologi pemerintah dan bahkan sejumlah kolega saya sendiri yang nampaknya tidak menangkap nilai penting dan berbagai nuansa yang melekat pada konsep Smart Government.
Penyebabnya hampir pasti disebabkan konotasi istilah "smart" yang kerap dikaitkan dengan substansi-substansi seperti "kota", "planet", "komunitas" dan--tentu saja--"pemerintah". Terminologi yang biasanya merujuk pada bagaimana daerah-daerah perkotaan atau kawasan dapat menjadi lebih sukses meraih sasaran dan kesinambungan pembangunan melalui pengerahan dan mendayagunakan sebuah paduan infrastruktur ( termasuk berbagai jaringan berbasis sensor), pertukaran data dan berbagai analitik, dan aplikasi-aplikasi yang memungkinkan sistem-sistem berbeda terlihat dan terkoordinasi sebagai sebuah keutuhan.
Penyebabnya hampir pasti disebabkan konotasi istilah "smart" yang kerap dikaitkan dengan substansi-substansi seperti "kota", "planet", "komunitas" dan--tentu saja--"pemerintah". Terminologi yang biasanya merujuk pada bagaimana daerah-daerah perkotaan atau kawasan dapat menjadi lebih sukses meraih sasaran dan kesinambungan pembangunan melalui pengerahan dan mendayagunakan sebuah paduan infrastruktur ( termasuk berbagai jaringan berbasis sensor), pertukaran data dan berbagai analitik, dan aplikasi-aplikasi yang memungkinkan sistem-sistem berbeda terlihat dan terkoordinasi sebagai sebuah keutuhan.
Jadi saat anda memandang sejumlah contoh "Smart city" di dunia, anda kerap melihat satu atau beberapa diagram mengilustrasikan interkoneksi dan interaksi antara berbagai ragam sistem umum yang mengawasi keamanan publik, manajemen lalu-lintas, distribusi energi, penganggaran, manajemen sumber daya dan seterusnya. Smart telah menjadi sebuah sinonim kolaborasi antara berbagai domain yang berbeda, dan biasanya menerapkan pengoperasian berbagai teknologi real time mendampingi teknologi informasi yang lebih tradisional.
Pemahaman semacam ini bukanlah Smart Government. Smart Government adalah mengejar kesinambungan nilai publik dengan meniadakan satu atau beberapa proses yang tumpang tindih pada berbagai domain atau yuridiksi, dengan melakukan hal itu tercapai cara yang evolusioner dan lebih mudah.
Pendekatan-pendekatan Smart Government dapat digunakan--tentu saja-- agar dapat dengan bijak mengembangkan inisiatif Smart Government yang berkelanjutan. Tetapi pendekatan-pendekatan itu juga sama pentingnya untuk mengembangkan sebuah kanal strategi biaya efektif, agar lebih sukses untuk mewujudkan sebuah inisiatif layanan bersama/shared service, untuk menggabungkan data dan aplikasi-aplikasi kedalam sebuah domain spesifik (seperti pelayanan kesehatan atau keselamatan publik) diseluruh tingkatan pemerintah.
Smart Government bukan ; pengeluaran yang mewah, sasaran jangka panjang, dan filem-filem fiksi ilmiah. Smart Government adalah bagaimana menghadapi kenyataan yang keras dalam pengetatan anggaran-anggaran, lingkungan ekonomi dan politik yang serba tak menentu, perubahan kebutuhan masyarakat, bagaimana menjaga kelangsungan layanan-layanan pokok dan tetap mampu berinovasi.
Smart Government berdampak perubahan-perubahan pada cara departemen-departemen pemerintah dan instansi-instansi berhubungan dengan konstituen-konstituen dan para pemangku kepentingan lainnya, cara mengelola dan mendayagunakan sumberdaya yang ada, cara mereka dalam melakukan perencanaan strategi, utilisasi arsitektur enterprise, menjalankan manajemen portfolio, sumber daya layanan IT, dan bagaimana mereka membentuk peran organisasi-organisasi IT yang dimiliki.
Smart Government adalah sebuah revolusi yang menyeluruh dalam cara pemerintah-pemerintah menggunakan IT, didorong oleh desakan-desakan anggaran, tututan kegesitan dan sebuah kondisi yang serba tak pasti sebagai sebuah kenormalan yang baru. Smart Government memang menantang banyak kebijaksanaan lazim yang telah berakumulasi berdekade-dekade dalam pengeluaran sektor IT, dan nampaknya Smart Government tak terlalu disambut baik oleh mereka yang berkembang didalam "kenormalan pada era lama", mereka bisa jadi adalah para eksekutif pemerintah, konsultan-konsultan atau para pemasok eksternal.
Mungkin inilah penyebab mengapa beberapa orang nampak tidak menerimanya. Bukan karena mereka tak memahaminya. Ini dikarenakan mereka takut terhadap berbagai konsekuensi yang muncul dari Smart Government.
blogs.gartner.com | Alih Bahasa : Martin Simamora