Dalam sebuah pernyataan terbuka kepada publik yang dikeluarkan setelah serangkaian negosiasi berlangsung dengan pemerintah India yang menghendaki akses ke komunikasi BlackBerry yang terproteksi, RIM menegaskan bahwa negosiasi tidak akan mengakibatkan adanya perlakuan yang berbeda pada tiap negara, akan tetapi klaim RIM ditolak oleh seorang pakar keamanan dengan kekhususan Cyber Conflicts, Jeffrey Carr.
Sebagaimana dikabarkan oleh SoftPedia.com beberapa waktu lalu, pemerintah India telah memberikan tenggat waktu kepada semua opeartor telekomunikasi : 31 Agustus 2010 untuk segera mendapatkan solusi tehnikal yang dapat memberikan akses tanpa batas ke semua bentuk komunikasi BlackBerry yang terproteksi.
Laporan-laporan terkini mengklaim bahwa RIM telah mencapai kesepakatan dengan pemerintah India mengenai bagaimana pemerintah India dalam hal ini semua badan keamanan nasional negara tersebut akan mendapatkan akses ke data ada di dalam BlackBerry Messenger Service untuk kasus-kasus tertentu, seperti investigasi aktivitas teroris.
Kondisi lainnya adalah :" Tidak ada perubahan pada arsitektur security pada BlackBerry Enterprise server pelanggan BB yang diakibatkan oleh pemberian akses tersebut, membantah rumor-rumor sebaliknya, arsitektur keamanan sama di seluruh dunia dan RIM pada dasarnya tidak dapat menyerahkan kunci-kunci enkripsi pelanggannya."
Belum jelas apakan hal ini akan benar-benar memuaskan keinginan pemerintah India yang terbilang sangat instrusif terhadap layanan-layanan BlackBerry, karena layanan email korporat juga menjadi bagian dari masalah utama yang digugat oleh pemerintah India.
RIM telah menawarkan akan menyediakan informasi identifikasi untuk BES dan perangkat-perangkat BlackBerry yang diharapkan akan membantu pihak-pihak berwenang untuk menyita data namun hal ini akan diketahui oleh pemilik dan dapat membahayakan investigasi.
RIM hingga kini mengklaim selalu menjaga konsistensi standar global bagi pemenuhan persyaratan untuk melakukan akses sah yang tak mencakup kesepakatan-kesepakatan khsusus bagi negara-negara tertentu.
Namun dimata Jeffrey Carr, CEO Grey Logic, sebuah perusahaan dengan spesialisasi
Jeffrey Carr pada investigasi konflik-konflik cyber baik oleh aktor-aktor negara dan non negara, sekaligus pendiri dan ketua nvestigator of Project Grey Goose dam penulis Inside Cyber Warfare, tak mempercayai klaim RIM. Dalam tulisannya di blog GreyLogic, dia membuktikan maksudnya dalam tulisannya yang berjudul FSB Receives Decrypted Blackberry Messages From Mobile TeleSystems. FSB sendiri adalah badan intelijen Rusia, pengganti badan intelijen tersohor di era USSR : KGB. Artinya Federal Security Service Federasi Rusia melalui Mobile TelSystems (MTS) dapat mengintip komunikasi BlackBerry sebab melalui MTS, RIM menjalankan layananannya. Carr, dilansir Softpedia.com memiliki sejumlah argumen atas statementnya. Pertama, sebuah amandemen telah dilakukan terhadap Hukum Negara Rusia pada Januari 2008, yang mempersyaratkan semua lisensi dan sertifikasi perangkat telekomunikasi dengan kemampuan enkripsi yang kempemilikannya dapat diperoleh melalui FSB. Ini artinya untuk dapat menjual sebuah smartphone berkemampuan enkripsi seperti BlackBerry di Rusia, RIM membutuhkan persetujuan dari badan keamanan nasional, tidak seperti di negara-negara lain. |
BlackBerry Masuk ke Rusia pada 2008 |
".... Ada sedikit keraguan bahwa MTS mematuhi hukum Rusia yang mempersyaratkan bahwa pesan-pesan yang dienkripsi harus dipecahkan (decoded).
"Juga diperlukan akses remote dari sebuah konsol yang diinstal di markas-markas FSB yang melaporkan nama-nama pengirim dan penerima panggilan telpon, e-mail atau pesan melalui SMS, pesan itu sendiri, dan lokasi geografis pengirim serta akses ke database pelanggan dan catatan tagihan, catat Carr.
Lebih lanjut, ahli ini juga menunjuk kepada sebuah kasus spionase tahun 2006 di Moscow yang melibatkan badan intelijen Inggris MI6 dan sejumlah aset Rusia yang digunakan untuk menyamarkan penggunaan BlackBerry untuk komunikasi, memberikan dugaan kuat bahwa FSB menyadari kapabilitas perangkat BlackBerry.
"Ketimbang mengeluarkan pernyataan publik seperti diatas, RIM seharus mengakui saja bahwa RIM tak ada bedanya dengan penyedia telekomunikasi lainnya yang harus mematuhi hukum-hukum pengawasan yang berlaku di setiap negara yang menjadi pasarnya, sehingga pelanggan korporatnya di negara-negara tersebut tak menikmati komunikasi BlackBerry yang dikatakan aman terproteksi,"simpulnya.
(Martin Simamora)