Pemerintah Indonesia
melalui Kementerian Pertahanan (Kemhan) akan memperkuat perairan Natuna dengan
menambah sejumlah kapal perang dan kapal patroli serta pesawat tempur guna
mengamankan wilayah Pulau Natuna dari kejahatan laut dan konflik Laut Tiongkok
Selatan.
"Kita akan
perkuat di sini (Natuna), baik dari TNI Angkatan Darat, Angkatan Laut maupun
Angkatan Udara," kata Menhan Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu saat
melakukan kunjungan kerja ke Pulau Natuna, Kepulauan Riau,
Rabu (16/9/2015).
Menurut dia, Pulau
Natuna wajib diperkuat sejumlah alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang
dimiliki TNI. Sebab, pulau ini berbatasan langsung dengan Laut Tiongkok Selatan
yang saat ini dirundung konflik.
"Di sini pulau
yang paling jauh di utara, salah satu pintu gerbang Indonesia. Di utara, di
Laut Cina Selatan masih ada ketegangan, antara Tiongkok dan beberapa negara
ASEAN, seperti Malaysia, Vietnam, dan Filipina. Tentu Amerika juga akan hadir
di tengah-tengah ketegangan ini," katanya.
Selain memberikan
rasa aman bagi masyarakat Natuna, peningkatan keamanan juga akan berdampak pada
sektor pembangunan dan ekonomi masyarakat. Rakyat Natuna akan merasa aman dan
nyaman dalam mengembangkan kegiatan ekonomi.
"Kedatangan saya
akan memberikan rasa aman, terutama di Natuna. Kalau pintu gerbang kemasukan,
artinya orang lewat tidak tahu, ini bisa berbahaya jika sampai masuk ke
jantungnya," ujarnya.
Kabupaten Natuna - 272 Pulau
Oleh karena itu,
Kemhan akan berkoordinasi dengan TNI untuk menambahkan alutsista di Natuna.
Pemerintah Indonesia akan meletakkan satu flight atau empat unit pesawat
tempur, tiga kapal perang jenis korvet, lima kapal patroli, dan dilengkapi
dengan beberapa unit drone atau pesawat tanpa awak.
"Kapal perang
dan patroli juga harus siap menangkap pencuri-pencuri ikan yang berkeliaran di
perairan Natuna. Pokoknya akan kita bikin aman," tuturnya.
Empat pesawat tempur
yang akan ditempatkan di Pangkalan Udara Ranai, Natuna, kata Ryamizard, bisa
pesawat tempur Hawk 100/200 dari Lanud Pontianak dan F-16 dari Lanud Roesmin
Noeryadin, Pekanbaru, Riau.
"Pesawat yang
akan ditempatkan akan kita lihat lagi. Kita punya banyak F-16, sekitar dua
skuadron, di Lanud Iswahjudi (Madiun) dan Lanud Roesmin Noeryadin, Pekanbaru.
Di Pontianak kita juga punya Hawk. Penempatan empat pesawat ini akan dilakukan
secara permanen," kata mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) ini.
Selain itu, Kemhan
juga akan melebarkan Landasan Udara (Lanud) Ranai di Natuna, sehingga di lanud
bisa dilandasi dua pesawat tempur sekaligus. Lanud juga akan dilengkapi
alutsista penangkis serangan udara dan drone yang akan terus memantau.
"Panjang
landasan 2.500 meter saya kira sudah cukup. Lebarnya saja akan ditambah menjadi
35-45 meter, supaya dua pesawat tempur bisa terbang sekaligus. Paling tidak,
tahun baru akan dimulai. Landasan akan bagus, nanti pesawat komersial juga enak
mendarat di sini," ucapnya.
450 Miliar Untuk Penguatan Pangkalan TNI DI Natuna
Komisi I DPR RI
mendukung langkah Kementerian Pertahanan (Kemenhan) meningkatkan keamanan di
wilayah Pulau Natuna yang berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan.
Kata Ketua Komisi I
Mahfudz Siddiq, peningkatan program yang diajukan Kementerian Pertahanan
tersebut untuk menjaga konflik di kawasan yang dilatarbelakangi kepentingan
Amerika Serikat dan Tiongkok untuk mengusai Laut Cina Selatan.
"Tadi kita
menyetujui usulan itu untuk melakukan realokasi atau pergeseran anggaran
sekitar Rp450-an miliar untuk kebutuhan penguatan pangkalan TNI di
Natuna," kata Mahfudz usai di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat,
Senin (21/9/2015).
Mahfudz mengakui,
kondisi pangkalan militer di Pulau Natuna cenderung tidak layak. Cukup logis
jika dana tersebut digunakan untuk pengembangan fasilitas militer seperti
landasan udara, hanggar, dan pangkalan kapal militer.
"Kalau sisi
alutsista TNI bisa melakukan deployment ke sana. Tapi sarana dan prasarana
untuk pangkalan udaranya, runway, dan juga untuk pelabuhan kapal angkatan laut
itu diperbaiki," tukas dia.
Seperti diberitakan,
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan pihaknya tengah fokus untuk
memperbaiki infrastruktur di perbatasan, khususnya, Pulau Natuna yang
berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan.
Menurut dia, Indonesia
harus meningkatkan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) yang ada di Laut
Cina Selatan. Sebab, wilayah tersebut sedang panas diperebutkan Amerika Serikat
dan Tiongkok.
Sebagai contoh yaitu
memperbaiki landasan udara di Pulau Natuna. Karena landasan di pulau tersebut
tidak bisa digunakan untuk pesawat tempur dan hanya bisa digunakan untuk pesawat angkut.
"Kita memang
punya alutsista (di sana), seperti kapal dan pesawat namun yang penting adalah
landasan (di Pulau Natuna)," ujar dia.
[metrotvnews.com, BeritaSatuTv]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar