asiantribune.com :Lalith Weeratunga |
Pemerintah Sri Lanka lebih memilih untuk menempatkan " Chief Innovation Officer" ketimbang Chief Information Officers. Lalith yang menjabat Sekretaris Kepresidenan dan seorang yang sangat mahir dengan IT berharap, dengan kebangkitan ekonomi Samudera Hindia, yang diyakini akan menjadi 'Keajaiban Asia", akan merampungkan target ambisius : tercapainya e-literacy sebesar 75% pada 2016 mendatang dengan melakukan rekayasa pada publik sektor, melalui program pemerintah bernama : e-Sri Lanka.
"Kita memang dapat membangun berbagai struktur dan mempekerjakan tim-tim yang yang tangguh, tetapi tantangan yang ada didalamnya adalah soal kepemimpinan. Pengetahuan dan keterampilan yang berasal dari berbagai bidang keahlian, termasuk teknologi bukanlah jaminan. Pemerintah juga harus memiliki sebuah perilaku yang positif untuk mewujudkan perubahan. Itu sebabnya kita memulainya dengan menelurkan sebuah generasi pemimpin yang baru yang dapat berperang sebagai agen-agen perubahan," ujar Weeratunga dalam sebuah kesempatan beberapa waktu lalu kepada majalah FutureGOV Asia Pacific.
Sebagaimana dilaporkan asiantribune.com (17/01/2011), ia juga menambahkan,"Damai atau kondisi yang nyaman berangkali bukanlah hasil utama yang segera dihasilkan oleh Rencana Induk e-Government. Namun dalam kasus Sri Lanka, itu adalah salah satu dari tiga pilar strategi untuk memodernisasi sebuah negara yang lama pernah terlibat dalam kecamuk perang saudara terlama yang baru saja usai kurang dari satu setengah tahun lalu.
Weeratunga juga menyatakan , Program e-Sri Lanka telah diluncurkan kali pertama pada Januari 2005 untuk menemukan cara-cara mempergunakan IT untuk membentangkan dasar-dasar yang dapat menghasilkan situasi damai/harmoni yang lama, memberikan pertumbuhan ekonomi, dan menjamin kesetaraan akses untuk menikmati hasil-hasil pembangunan terutama bagi 77 % dari jumlah populasi keseluruhan sebesar 20 juta yang tinggal didaerah pedesaan.
Bersambung
(Martin Simamora)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar