futuregov:Jacob Lew |
Rangkaian kebocoran pesan-pesan diplomatik yang membanjiri "Cablegate" WikilEaks, dinilai oleh pihak Gedung Putih dapat membahayakan hubungan internasional Amerika Serikat.
Jacob Lew, Direktur Kantor Manajemen dan Anggaran, telah mengeluarkan perintah kepada seluruh badan-badan federal untuk melakukan peninjauan berskala penuh terhadap prosedur-prosedur keamanan informasi. Lew dalam sebuah memo yang dia tulis menyatakan "Kegagalan dalam bentuk apapun yang dilakukan oleh badan-badan federal untuk menjaga informasi rahasia..adalah tak dapat diterima dan tidak akan ditoleransi".
Seluruh badan federal telah diinstruksikan untuk membentuk sebuah tim asesmen keamanan yang terdiri dari kontra intelijen, keamanan, dan pakar pengamanan informasi yang akan meninjau implementasi prosedur-prosedur pengamanan informasi rahasia terhadap upaya-upaya pembocoran.
Lew juga mengarahkan badan-badan federal untuk mengamankan akses ke materi-materi yang bersifat rahasia, memastikan para pengguna tak memiliki akses yang lebih luas dari yang seharusnya, dalam memo juga dinyatakan keharusan untuk "mengimplementasikan berbagai restriksi dalam penggunaan dan kapabiltas media-media removeable, jaringan-jaringan komputer pemerintah yang bersifat rahasia"- sehingga akan menghilangkan lubang-lubang keamanan yang membuat informasi dapat diunduh dan didistribusikan.
Perintah-perintah ini dikeluarkan setelah adanya pemberitaan yang menyatakan bahwa informasi-informasi rahasia diunduh melalui SIPRNet (Secret Internet Protocol Router Network)--sebuah teknologi yang mirip dengan internet dan didisain untuk pertukaran informasi antara militer AS (mirip media jejaring sosial semacam facebook) dengan personil sipil termasuk misi-misi di luar negeri- dengan tertangkapnya Bradley Manning, seorang analis intelijen yang ditahan di Irak pada Juni lalu sebagai awal kebocoran informasi.
Mantan Hacker, Adrian Lamo, mengklaim memiliki percakapan Manning yang terekam dalam percakapan online dan telah disimpan kedalam sebuah CD. Juga sebuah sistem keamanan online yang berfungsi untuk mendeteksi aktivitas yang mencurigakan pada SIPRNet dan diduga fungsi pengamanan pada komputer-komputer yang digunakan militer AS di Irak, telah dimatikan, ungkap surat kabar Inggris Guardian.
Situasi ini menimbulkan pertanyaan terhadap protokol kemananan dan membuat analis intelijen AS Catherine Lotrionte berkomentar di BBC News pada Juli lalu bahwa berbagi data memang diperlukan agar kerja intelijen menjadi efektif dan SIPRNet membuat kebocoran data menjadi lebih mudah dipandang sebagai "biaya yang harus ditanggung dalam menjalankan bisnis". Ini terlihat dengan begitu mudahnya Manning mengakses ke informasi berkategori classified hingga secret.
State Secretary AS, Hillaey Clinton ketika berbicara di sebuah universitas di Kazakhstan pada Selasa lalu (30/11/2010) mengomentari WikiLeaks bertutur :" dalam abad internet sangatlah sulit untuk menyeimbangkan antara kebebasan dan tanggungjawab."
"Nampaknya akses terhadap informasi tertentu terlalu luas didefinsikan,"ujar Stephen Fletcher CIO negara bagian Utah kepada FutureGov Asia Pasifik."Dalam kasus ini , seorang yang masih junior berangkali dibekali dengan kepercayaan yang berlebihan dari yang seharusnya."
SIPDIS memungkinkan informasi yang dikirimkan oleh kedutaan dapat diakses tak hanya oleh siapapu yang ada di state department tetapi juga oleh siapapun yang ada didalam militer AS yang memiliki akses keamanan terhadap informasi yang berkelas Secret, sebuah password dan sebuah komputer yang terkoneksi ke SIPRNet--yang menghubungkan 3 juta orang.
SIPRNet dibangun pada 1990-1n dan dikembangkan paska 9/11 sehingga informasi yang classified dapat dibagikan dengan mudah. Tujuan jaringan untuk mencegah pecahnya "tabung kedap (silo)" penyimpan informasi dan terjadinya keagagalan komunikasi antarbadan intelijen.
(futuregov | Martin Simamora)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar