Editor : Martin Simamora, S.IP |Martin Simamora Press

Jumat, 06 Juli 2012

Australia Memperkuat Manajemen Bencana Alam Bali

Bali Bombing 2002-
Gerry Meyers Photography
gerrymeyers.com
Pemerintah Australia berencana untuk memperkuat  sistem manajemen bencana yang ada di Bali, yang  menangani berbagai bencana baik bencana yang diakibatkan oleh manusia maupun oleh alam di pulau  itu  dengan membantu menata dan mendisain  rencana-rencana tanggap darurat yang efektif.

Gubernur Made Mangku Pastika, yang turut serta dalam delegasi yang dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang berkunjung ke Australi, kepada para reporter menyatakan bahwa komitmen pemerintah Australia untuk mendukung sistem manajemen bencana merupakan salah satu hasil-hasil penting dari pertemuan-pertemuan bilateral antara Indonesia dan Australi di Darwin pada awal minggu ini.


“Untuk Bali, hal  yang paling penting dari kunjungan ke Australi adalah kerjasama antara Bali dan Australia untuk menata dan mendisaian  rencana-rencana tanggap darurat untuk menghadapi bencana-bencana,” ujar Pastika kepada para wartawan setelah pertemuan dengan DPR Bali di Denpasar pada Kamis.

Sebagai tujuan turis internasioanl, Bali rawan terhadap bencana-bencana yang diakibatkan oleh manusia, termasuk serangan-serangan teroris.  Pengeboman-pengeboman oleh teroris di Bali pada  Oktober 2002 dan Oktober 2005 merengut ratusan nyawa,  hampir semuanya adalah turis asing.

Lokasi geografis Bali juga telah memaksa pihak-pihak berwenang di Bali untuk selalu  berada didalam kondisi-kondisi siaga. Dikelilingi oleh pantai-pantai, pulau ini rawan dengan bencana-bencana perairan, seperti tsunami, sementara gunung-gunungnya yang aktif, Gunung Batur dan Gunung Agung, dapat sewaktu-waktu meletus dan mengakibatkan  rangkaian gempa bumi.

Menurut  Pastika, pemerintah Bali telah menandatangani sebuag kesepakatan kerjasama dengan pemerintah Australi untuk memperkokoh koordinasi antara Rumah Sakit Sanglah dan  Royal Darwin Hospital di Australia bagian Barat.

“Kami  telah menandatangani sebuah kesepakatan antara  RS Sanglah dan  Darwin Royal Hospital sebagai rumah sakit rekanan. Jika sesuatu terjadi di Bali, Rumah Sakit  Royal Darwin dapat membantu kita dengan rencana-rencana tanggap darurat. Hanya memerlukan waktu 2jam 45 menit untuk mencapai RS Royal Darwin dengan pesawat terbang,” jelas Pastika.

Ketika mengunjungi RS Royal Darwin di  Utara Australia, Pastika dan semua delegasi menyaksikan kesiapan semua staf di rumah sakit  menghadapi bencana-bencana yang terjadi di Bali. Rumah sakit tersebut telah  melakukan evakuasi dan merawat korban-korban  bom  Bali pada Oktober 2002 dab Oktober 2005 karena Sanglah dan rumah sakit lainnya kekurangan berbagai fasilitas untuk menangani bencana-bencana yang massif.

“Presiden Yudhoyono dan semua delegasi menyaksikan berbagai fasilitas di pusat RS Royal Darwin, dan semuanya telah  siap untuk membuat rencana-rencana tanggap darurat. Mereka  memiliki begitu banyak sumber daya manusia yang terampil.” Ujar Pastika.

Sebelumnya, pada Mei 2011, Pastika telah mengunjungi Australia atas undangan Kementerian Luar Negeri Australia untuk mempelajari system manajemen  tanggap darurat negeri itu.  Dia juga  mengunjungi markas besar Polisi Federal Australia, Pusat Data Bom Australia dan institusi-institusi lainnya yang menangani langkah-langkah mitigasi darurat.

Pastika mengatakan bahwa pemerintah Australia  sejak tahun lalu telah membantu Bali memperbaiki kualitas sumber daya-sumber daya manusia yang menangani bencana-bencana.

“Sejumlah perawat Sanglah telah dilatih berdasarkan standar-standar Australia.”

Melengkapi hal ini, pemerintah Australia juga akan meningkatkan  Pusat Darurat Bali untuk Manajemen Bencana, yang telah dibangun dengan bantuan pemerintah Prancis melalui Palang Merah Prancis.

Pusat Darurat Bali memiliki empat fungsi utama : data dan informasi, layanan-layanan system peringatan dini, operasi-operasi tanggap bencana dan  tanggap layan darurat. Tidak seperti kantor pemerintah lainnya, kantor ini beroperasi 24/7 dan didukung oleh 71 staf sepenuh waktu.

The Jakarta Post |Martin Simamora

Tidak ada komentar:

Corruption Perceptions Index 2018

Why China is building islands in the South China Sea

INDONESIA NEW CAPITAL CITY

World Economic Forum : Smart Grids Explained

Berita Terbaru


Get Widget