Editor : Martin Simamora, S.IP |Martin Simamora Press

Rabu, 30 Maret 2011

KRISIS NUKLIR JEPANG : "Para Pekerja Telah Kalah Dalam Perlombaan Menyelamatkan Reaktor"

A Greenpeace anti-nuclear activist holds a flower bouquet during a candlelight vigil outside the Japanese Embassy in Jakarta Photo: AP
Para pekerja di PLTN Fukushima Daiichi yang mengalami kerusakan hebat akibat hantaman gempa telah kehilangan "penguasaan lapangan" dalam medan tempur untuk menyelamatkan PLTN agar tidak mengalami pelelehan setelah inti radioaktif di salah satu reaktor TERLIHAT SEDANG MELELEH di dasar "containmet vessel" atau bagian pembendung yang menyelubungi inti reaktor.

Inti pada reaktor no.2 PLTN Fukushima juga kemungkinan sudah mengalami pelelehan (meltdown) melalui lantai beton, ungkap para pakar, mempercepat resiko pelepasan gas-gas radioaktif ke area sekitar.

Reactor Core Breached


Richard Lahey yang menjabat sebagai Kepala Riset Keamanan Reaktor pada General Electric, saat General Electric menginstalsi unit-unit di Fukushima, menyatakan bahwa pekerja yang sedang mengupayakan pemompaan air kedalam 3 reaktor agar batang-batang bahan bakar tidak mengalami pelelehan (akibat overheating), terlihat telah mengalami kekalahan dalam perlombaan untuk menyelamatkan reaktor.
Reaktor Fukushima Daiichi - Penjelasan lihat disini




"Berbagai indikasi yang kami miliki....menunjukan bahwa inti telah mengalami pelelehan melalui bagian bawah unit Pressure Vessel pada reaktor no.2, dan steidaknya beberapa lelehan telah mencapai tabir atau selubung beton yang membalut inti reaktor," ujar Richard Lahey kepada media. "Saya harap saya keliru, tetapi untuk saat ini berdasarkan bukti yang ada maka kondisinya memang demikian."

treehugger.com : Japanese Prime Minister Naoto Kan attends a meeting on crisis of the Fukushima
No. 1 nuclear power plant in Tokyo, Japan, March 15, 2011. Credit: Xinhua/Kyodo/Xinhua Press/Corbis-
Perdana Menteri Jepang, Naoto Kan (28/03/2011) telah menyatakan KEADAAN DARURAT PENUH sehubungan dengan pertarungan yang dilakukan negeri ini untuk mengatasi berbagai kombinasi bencana; gempa dengan magnitudo 9,0, tsunami, dan kecelakaan nuklir.



"Mulai saat ini, kita akan melanjutkan upaya penanganannya dalam kondisi Darurat Penuh," jelasnya. Komnetar-komentar Kan dilontarkannya setelah Tokyo Electric Power Company (TEPCO)-operator PLTN Fukushima Daiichi- mengkonfirmasi bahwa PLUTONIUM SUDAH TERDETEKSI pada 2 dari 5 sampel tanah. Tepco menyatakan kadar Plutonium yang ditemukan sebagai tidak berbahaya bagi kesehatan manusia, TETAPI para pakar menyatakan bahwa temuan itu  menunjukan bahwa mekanisme pembendungan reaktor telah mengalami kegagalan atau kerusakan. "PLUTONIUM adalah substansi yang dilepaskan kala temperatur tinggi dan plutonium itu adalah materi yang berat dan tak mudah untuk bocor," jelas Hidehiko Nishiyama-Deputi Direktur Badan Keamanan Nuklir dan Industrial Jepang.



"Jadi bila PLUTONIUM telah keluar dari reaktor, maka kondisi seperti ini "memberitahukan" kepada kita sesuatu yang terkait dengan kerusakan pada bahan bakar nuklir. Dan apabila Plutonium ini berhasil "keluar'- merembes dari Sistem Pembendungan yang seharusnya, itu menegaskan besarnya potensi bahaya dan keseriusan kecelakaan yang sedang berlangsung."


Diduga keras bahwa sejumlah Plutonium telah masuk ke tanah dari batang-batang bahan bakar yang telah terpakai di PLTN ATAU dari kerusakan pada reaktor no.3- satu-satunya reaktor yang menggunakan substansi itu dalam bahan bakar campurannya.



Sekalipun berbagai bahaya hebat mengancam, ratusan staf dan petugas pemadam kebakaran terus bekerja tanpa henti dalam shift kerja di PLTN untuk mewaspadai berbagai tantangan bahaya yang akan meningkat. Menurut kabar koran Mainichi, mereka-para pekerja tersebut- tidur di bagian bangunan utama anti gempa, lantainya dialasi dengan alas yang mengandung Lead untuk menahan radiasi yang ada di sekitar bangunan.
"Lingkungan kerja mereka sangatlah keras," jelas Kazuma Yokata-Kepala Kantor Inspeksi Fasilitas Nuklir yang menjadi pengawas PLTN Fukushima Daiichi.



Pemerintah Jepang kini menghadapi tekanan hebat untuk memperluas zona evakuasi yang diterapkan saat ini, yang saat ini diperluas hingga 12 mil. Ada banyak ketakutan bahwa puluhan ribu pemukiman diperintahkan untuk meninggalkan areanya, tidak akan pernah dapat kembali lagi akibat kontaminasi radioaktif. "Tanah ini adalah tanah leluhur mereka dan rasa cinta mereka terhadap tanah mereka sangatlah besar," jelas Tomo Honda, seorang anggota parlemen regional Fukushima.


"Langkah pertama adalah mengatakan yang sesungguhnya kepada para pengungsi bahwa mereka tidak akan mungkin dapat kembali lagi, tetapi warga tak siap untuk menerima kenyataan tersebut."



Sebuah perkiraan menyatakan 70.000 orang telah meninggalkan zona evakuasi, dan 130.000 keluarga yang tinggal dalam zona 19 mil telah disarankan untuk evakuasi atau tinggal didalam rumah. Diperkirakan 40 keluarga yang tinggal dalam zona aman 12 mil telah menolak untuk meninggalkan rumah mereka.



-.telegraph.co.uk | Martin Simamora

Tidak ada komentar:

Corruption Perceptions Index 2018

Why China is building islands in the South China Sea

INDONESIA NEW CAPITAL CITY

World Economic Forum : Smart Grids Explained

Berita Terbaru


Get Widget