Editor : Martin Simamora, S.IP |Martin Simamora Press

Rabu, 13 Januari 2010

Perbankan Asia Hadapi Tantangan Kemananan Transaksi Online


Readiminds pada laporan tahunannya yang ke-2, berdasarkan hasil survei terhadap keamanan online pada berbagai institusi keuangan dan telah dipublikasikan pada bulan Desember 2009 lalu mengungkapkan bahwa berbagai institusi perbankan yang di survei masih mengimplementasikan "channel wise" dalam mengantisipasi kejahatan online, ketimbang sebuah pendekatan yang holistik dalam mengawasi ancaman kejahatan finansial. Pada laporannya diungkapkan juga bahwa sepanjang tahun 2009 lalu nyaris semua institusi finansial di Asia telah menjadi korban "fraud online", namun juga didapati kesemua institusi perbankan tersebut tetap saja mengadopsi solusi yang hanya dapat menghadapi ancaman-ancaman yang spesifik, ancaman-ancaman single cahnnel seperti pencurian indentitas.

Readiminds, sebuah perusahaan security software yang bermarkas di Singapura, seperti disitat dari ZDnetAsia, melakukan survei melalui web, telpon dan serangkaian wawancara dengan berbagai bank utama di 11 pasar utama Asia diantaranya adalah; Banglades,Kamboja, Hong Kong, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura,Sri Lanka, Taiwan, Thailand dan Vietnam. Hanya 20% dari responden yang menyatakan telah mengimplementasikan sejumlah mekanisme deteksi fraud dan teknologi pencegahan, sementara itu 75% responden menganggap telah berupaya mencegah kejahatan perbankan online dengan skor "average".

Riset berfokus kepada keamanan transaksi, pencegahan fraud transaksi keuangan online dan mitigasi risiko secara online. Mengacu kepada survei, cabang-cabang bank kenamaan berfokus pada ancaman fraud regional yaitu; pencurian identitas, dan rekening ilegal dan transfer dana tak terotorisasi. Lebih dari 80% responden menyadari bahwa sebuah pendekatan keamanan yang terintegrasi dan berlapis yang memiliki mekanisme otentifikasi user yang kuat, deteksi fraud antar kanal dan otorisasi transaksi berbasis risiko, adalah bentuk pertahanan terkuat menghadapi berbagai ancaman baik yang tradisional maupun online fraud yang meningkat. Ada keinginan kuat yang meningkat untuk memiliki pendekatan yang lebih canggih untuk melindungi seluruh transaksi online.



Tercatat dalam survei, 80% bank, kini sedanga mengupayakan implementasi kerangka mitigasi dan pemantauan risiko yang beroperasi secara "real time". Hampir seluruh responden menyatakan bahwa mereka lebih menyukai metode semacam ini ketimbang pendekatan yang tradisional dengan penekanan pada review terjadwal.

Naren Nagpal, CEO ReadiMinds menyikapi temuan ini menyatakan,"Kini jelas adanya peningkatan kesadaran yang menguat betapa pentingnya keamanan dalam transaksi online dan pencegahan fraud dalam transaksi online di industri jasa keuangan Asia. Kini ada kesempatan yang luar biasa untuk mengadopsi mekanisme pencegahan fraud online yang "real time", terintegrasi, berlapis, dan lintas kanal.





Tidak ada komentar:

Corruption Perceptions Index 2018

Why China is building islands in the South China Sea

INDONESIA NEW CAPITAL CITY

World Economic Forum : Smart Grids Explained

Berita Terbaru


Get Widget